Mohon tunggu...
Arif Alfi Syahri
Arif Alfi Syahri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Hanya Mahasiswa biasa yang mencoba untuk berkarya." •Jurusan : PAI, STAI-PIQ Sumatera Barat •Instagram : @muhammadarifalfisyahri •Email : arifalfisyahri94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etnis yang Memudar dari Tanah Myanmar

26 September 2021   17:26 Diperbarui: 26 September 2021   20:39 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rohingya | Detik.com

Namun setelah Inggris pergi pasca Myammar atau yang dahulu dikenal Burma dikuasai oleh Jepang tahun 1942. Suku Karen kembali hidup dalam masa lalu mereka yang begitu kelam. 

Bahkan mendapatkan perlakuan yang lebih sadis dan kejam. Hal itu dikarenakan pemerintah Jepang menganggap bahwa mereka adalah kaki tangan pemerintah Inggris.

Baik suku Karen maupun Rohingya sama-sama mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi kendati pemerintahan Myanmar acap kali berganti hanya karena status mereka sebagai minoritas. 

Pada masa Junta Militer berkuasa mereka dikekang dan tidak diberi akses sedikitpun di bidang pendidikan dan perekonomian. Koran maupun buku-buku tentang mereka di musnahkan. 

Tanah dan lahan pertanian sepenuhnya milik pemerintah. Harga pangan dikontrol dan mereka hanya menerima sedikit saja upah dari pekerjaan mereka.

4. Perlawanan Melawan Kekejaman

Lebih baik menghadapi bahaya dari pada hidup dalam ketakutan, mungkin prinsip inilah yang dipakai oleh orang-orang Karen dan Rohingya sehingga mereka melakukan perlawanan menolak kemusnahan mereka sendiri. Melalui Karen National Union mereka menghimpun kekuatan dengan menyewa Legiun asing asal Prancis. 

Namun upaya itu belum mampu mewujudkan tujuan mereka. Selain karena dominasi militer Myanmar yang sulit dibendung, dalam tubuh Karen sendiri muncul pengkhianatan. 

Sebagian kecil orang-orang Karen yang memeluk Buddha memisahkan diri dari barisan dan membentuk Tentara Buddhis Kayyin Demokratik. Akibatnya ribuan orang Karen harus pergi ke Thailand hampir senada dengan apa yang dilakukan suku Naga.

Sementara kaum Rohingya juga melakukan upaya perlawanan frontal. Para gerilyawan Rohingya mengangkat senjata dan berjuang untuk mempertahankan etnis mereka. Perlawanan itu berlangsung kurang lebih selama empat puluh tahun.

Pada saat Myanmar mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1948 etnis minoritas tidak mendapat tekanan berarti dari pemerintah. Namun rezim dan militer Myanmar kembali melakukan tindakan diskrimatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun