Kurang lebih sudah dua tahun Dunia dilanda wabah COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) sejak China melaporkan penyakit pneumonia aneh di Wuhan pada Desember 2019 lalu. Hingga kemudian sejumlah Negara mengklaim penyakit menular yang persis seperti yang terjadi di Wuhan. Penularannya pun kian cepat dan pesat hingga meneror seantero Negeri, tak terkecuali Indonesia yang sempat menyatakan kebal corona. WHO (World Health Organization ) pun sempat meragukan hal tersebut dan mempertanyakan apakah Indonesia punya alat deteksi yang baik. Hingga kemudian Maret, 2020 lalu Indonesia mengumumkan kasus pertama dan terus meningkat tajam hingga 2021.
Meskipun demikian masih banyak yang belum mempercayai bahwa COVID-19 benar-benar nyata. Dilansir dari laman CNN Indonesia, menurut Ketua Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan bahwa sekitar 17 persen rakyat Indonesia tidak mempercayai virus tersebut benar-benar ada.Â
Ada 17 persen rakyat kita tidak percaya Covid-19. Lakukan evaluasi, sosialisasi saja tidak cukup. Libatkan tokoh masyarakat. Besar harapan saya, ini momentum jangan sampai kasus Covid-19 tidak terkendali," ujar Doni saat berkunjung ke Palembang, Sumsel, Rabu (5/5).
Pada September 2020, BPS mencatat jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa. Dengan demikian diperkirakan sekitar 45 juta jiwa tidak mempercayai Covid.
Apa saja alasannya? Sehingga masih banyak Rakyat Indonesia yang meragukan penyakit menular tersebut.Â
1. Masifnya Hoax Yang Beredar
Masifnya informasi hoax yang beredar seputar Coronavirus adalah konspirasi menjadi faktor utama yang paling berpengaruh. Dikutip dari Tempo, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan ada 1.402 kabar bohong atau hoaks terkait Covid-19. Jumlah itu didapatkan dalam periode 23 Januari 2020 hingga 1 Februari 2021. Informasi bohong tersebut biasanya dibuat oleh media massa yang tidak kredibel, dan dibuat hanya demi kepentingan personal semata.
2. Penyakit Yang Tidak Terlihat
Banyak orang tidak mempercayai COVID-19 dikarenakan virus yang tidak tampak, sehingga tak sedikit masyarakat yang tidak tersentuh literasi meragukan keberadaan penyakit tersebut. Sebut saja seperti demam, batuk, diare maupun penyakit sejenisnya, meskipun virusnya tidak terlihat namun gejala-gejalanya jelas, sementara COVID-19 gejalanya umum dan belum jelas karena ada yang tanpa gejala dan ada yang dengan gejala. Tak ayal banyak yang beranggapan bahwa Corona sama dengan demam dan flu biasa saja.Â
3. Rendahnya Kesadaran dan Pemahaman Yang Keliru