Mohon tunggu...
Arif Al Anang
Arif Al Anang Mohon Tunggu... Dosen Hukum Ekonomi Syariah Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Peziarah makna yang jatuh cinta pada Kalam Ilahi. Dalam sunyi lembar mushaf, ia menemukan gemuruh hidup yang tak terucap. Studi Islam, khususnya Al-Qur’an, bukan sekadar disiplin baginya—melainkan jalan pulang menuju hakikat. Ia hidup di antara kata dan cahaya, menjadikan setiap huruf wahyu sebagai lentera yang menuntunnya melintasi gelap zaman dan bising dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengibaran Bendera One Piece, Antara Humor, Hura-Hara, dan Harga Diri Bangsa

4 Agustus 2025   07:56 Diperbarui: 4 Agustus 2025   07:56 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bendera Merah Putih dan Bendera Bajak Laut Luffy Berkibar (Sumber: Sumberpost.com)) 

Bagi banyak remaja, tiang bendera hanyalah "tiang di halaman sekolah", bukan "tiang sakral" tempat Merah Putih berkibar. Mereka tumbuh di era di mana budaya global lebih mudah diakses daripada narasi sejarah nasional. Akibatnya, ketika mereka mengibarkan bendera One Piece, niat mereka mungkin sekadar iseng, tetapi tak memahami konsekuensi simbolik yang ditimbulkan.

Belajar Mengelola Budaya Pop

Daripada sekadar menghukum atau menuding, fenomena ini bisa dijadikan momentum untuk memikirkan ulang cara kita mengelola budaya pop dan membumikan nasionalisme. Mengapa tidak menggunakan karakter seperti Luffy atau Naruto sebagai jembatan kampanye cinta tanah air? Mengapa tidak mengajak budaya pop menjadi bagian dari narasi kebangsaan, ketimbang melulu dianggap ancaman?

Pendekatan seperti ini akan lebih efektif daripada sebatas menakut-nakuti atau mengobral ancaman pidana. Sebab, budaya pop---suka atau tidak---sudah jadi bahasa utama generasi muda.

Dari Meme Jadi Cermin

Bendera One Piece yang berkibar itu memang awalnya hanya "meme" di dunia nyata. Tapi meme itu kini jadi cermin---cermin tentang bagaimana kita merespons humor remaja, menghadapi gempuran budaya global, dan merawat makna simbol negara.

Kita boleh marah saat Merah Putih "tergusur" oleh bendera bajak laut. Namun kita juga perlu bertanya lebih dalam, apakah kita benar-benar takut pada benderanya, atau takut kehilangan makna di baliknya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun