Tanpa disangka terdengar suara dering dari telepon genggam Dimmy. Seketika raut wajahnya berubah berharap yang menelepon adalah Meisya.
"Dim, kok lu ga jadi ke rumah gua sih?" Pupus sudah, ternyata temannya lah yang menelponnya.
"Net, gua lagi males ngomong nih sekarang. Besok aja ya gua jelasin. Oke?" Dimmy mematikan telepon genggamnya dan melemparnya di atas kasur.
Dengan sisa tenaga yang ada, meski perasaannya saat itu campur aduk, ia berusaha untuk menguatkan tekadnya. Mengingat bahwa esok ia harus melewati serangkaian ujian selama satu pekan, ia mengumpulkan sisa tenaganya untuk mulai duduk di meja belajarnya dan membuka halaman buku pelajarannya satu persatu. Ia berusaha mengalihkkan kegamangan pikirannya kepada satu hal yang mungkin masih ia upayakan, kenaikan kelas. Tiap lembar yang ia baca sekuat mungkin ia mengerti dan pahami, meski agak sulit baginya saat ini. Tanpa terasa waktu telah menunjukan pukul setengah dua dini hari, mata Dimmy sudah berat dan di meha belajarnya oenuh dengan catatan-catatan dari setiap yang ia pelajari.
"Dim, bangun Dim" Suara mama dari luar kamar terhalan oleh pintu kamar Dimmy yang masih terkunci.
Berkali kali mama memanggil Dimmy dan mengetuk pelan pintu kamarnya hingga akhirnya Dimmy membuka matanya. Kepalanya masih bertumpu pada kedua tangannya, di atas meja belajarnya.
Perlahan ia mengangkat kepalanya, bersandar pada sandaran kursi belajarnya mencoba untuk tersadar dari rasa kantuknya.
"Iya Ma, Dimmy udah bangun. Bentar." Dimmy beranjak perlahan dari kursi belajarnya, langkahnya masih gontai. Entah karena kelelahan akibat belajar semalaman atau kbahkan mungkin karena ia masih tenggelam dalam perasaan menyesalnya.
"Dim, mandi gih. Itu Mama sudah masak nasi goreng, udah Mama taruh juga di meja makan." Seakan mengerti akan problematika yang sedang Dimmy hadapi, nada suara Mama terdengar lembut. Di belakang Mama terlihat Dini, walaupun tanpa berkata-kata namun ia berusaha untuk mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Jadi lu semalem nungguin lama di depan rumah Meisya?"
"Iya Net. Lumayan lama, tapi ya gitu. Gua juga ga ngerti kenapa ga ada orang yang keluar, padahal gua udah mencet bel rumahnya berkali-kali." Dimmy bersandar di kursi kelasnya, dipejamkan matanya seakan hendak menghapus segala ingatan akan kejadian malam tadi.