Mohon tunggu...
Ariel Hosea
Ariel Hosea Mohon Tunggu... Mahasiswa

20 y.o | mahasiswa s1 sistem informasi ( semester 6 ) di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto | gen z yang menulis | awalnya karena coba-coba lalu jadi hobby | lewat tulisan, saya ingin berbagi | lewat tulisan, saya ingin tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Lazy Girl Job: Antara Mimpi Kerja Santai dan Realita Dunia Kerja

11 Maret 2025   22:49 Diperbarui: 11 Maret 2025   22:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lazy Girl Job | Sumber: Freepik

"Kerja santai, gaji besar siapa yang nggak mau? Tapi di balik impian itu, ada realita yang nggak semanis ekspektasi.

Tren "Lazy Girl Job", sebuah konsep pekerjaan yang menjanjikan kerja santai, fleksibel, dan tetap menghasilkan uang tanpa tekanan kerja yang berlebihan.

Tren ini menarik banyak perhatian, terutama dari Gen Z yang semakin kritis terhadap konsep work-life balance. 

Mereka ingin menghindari rutinitas kantoran yang terasa membosankan dan penuh tekanan, tetapi di sisi lain juga menyadari pentingnya kestabilan finansial.

Menurut Gabrielle Judge, pencetus istilah Lazy Girl Job pada tahun 2023, konsep ini muncul sebagai respons terhadap budaya kerja yang menuntut dan fenomena "quiet quitting."

Pekerjaan yang masuk kategori ini biasanya menawarkan fleksibilitas tinggi, gaji layak, dan minim stres, sehingga banyak diminati oleh mereka yang ingin keseimbangan hidup lebih baik.

Apakah pekerjaan seperti ini memang menjanjikan kehidupan ideal, atau justru bisa menjadi bumerang di kemudian hari? Apakah konsep ini benar-benar realistis atau hanya sekadar ilusi media sosial yang akan memudar seiring waktu?

Lazy Girl Job: Realita atau Hanya Sekadar Tren?

Pada dasarnya, Lazy Girl Job menggambarkan pekerjaan yang minim stres, tidak menuntut kerja berlebihan, fleksibel, dan tetap menghasilkan gaji yang cukup.

Beberapa pekerjaan yang sering dikategorikan sebagai Lazy Girl Job antara lain social media manager yang bertugas mengelola akun media sosial, membuat konten, dan berinteraksi dengan audiens.

Selain itu, ada juga virtual assistant yang membantu administrasi bisnis atau individu secara online, copywriter atau content writer yang menulis konten untuk blog, website, atau iklan, serta data entry yang bertugas memasukkan dan mengelola data dalam sistem.

Ada juga pekerjaan customer service chat support yang melayani pelanggan melalui chat tanpa harus menerima telepon.

Sekilas, pekerjaan ini terdengar mudah dan nyaman. Namun, persaingan di bidang ini sangat tinggi dan tidak semua orang bisa langsung sukses hanya dengan berharap mendapatkan pekerjaan yang minim usaha.

Banyak yang akhirnya kecewa karena realitanya tidak seindah yang dipromosikan di media sosial.

Tantangan di Balik Lazy Girl Job

Meskipun terlihat menggiurkan, tren ini memiliki banyak tantangan yang sering kali tidak disadari oleh mereka yang ingin mencobanya.

Persaingan yang ketat menjadi salah satu kendala utama. Karena pekerjaan ini bisa dilakukan dari rumah dan minim pengalaman, banyak orang tertarik untuk masuk ke bidang ini.

Akibatnya, perusahaan atau klien bisa memilih kandidat terbaik dengan harga termurah, membuat kompetisi menjadi sangat sulit.

Selain itu, pekerjaan dengan konsep "lazy" cenderung tidak memiliki jenjang karier yang jelas. Seorang pekerja mungkin bisa mendapatkan penghasilan yang layak di awal, tetapi sulit untuk berkembang atau naik level dalam jangka panjang.

Dari segi finansial, penghasilan yang tidak stabil juga menjadi tantangan. Banyak pekerjaan yang masuk kategori Lazy Girl Job bersifat freelance atau kontrak, yang berarti penghasilan bisa naik turun.

Jika tidak memiliki klien tetap, bisa saja suatu bulan penghasilan besar, tetapi di bulan berikutnya justru nihil.

Lebih jauh lagi, mindset yang terlalu terpaku pada konsep "kerja nyantai tapi tajir" bisa menghambat karier.

Orang yang mengandalkan pekerjaan minim usaha tanpa skill yang kuat biasanya tidak bertahan lama, karena cepat tergantikan oleh orang lain yang lebih kompeten.

Solusi: Cara Kerja Fleksibel Tanpa Terjebak Lazy Girl Job

Daripada terjebak dalam ilusi kerja santai tanpa usaha, lebih baik mencari cara agar bisa tetap fleksibel namun memiliki karier yang stabil.

Salah satu caranya adalah dengan memiliki keterampilan yang dibutuhkan pasar, membangun portofolio yang kuat, serta mengelola keuangan dengan cerdas agar tidak terjebak dalam ketidakpastian finansial.

Pekerjaan fleksibel tetap memerlukan keterampilan yang relevan dengan industri. Digital marketing, content writing, UI/UX design, programming, dan data analysis adalah beberapa contoh keterampilan yang banyak dicari.

Mengikuti kursus online di platform seperti Coursera, Udemy, atau bahkan YouTube dapat membantu meningkatkan keterampilan ini agar lebih kompetitif.

Selain keterampilan, memiliki portofolio yang kuat juga sangat penting. Jika ingin menjadi content writer, menulis di blog bisa menjadi awal yang baik.

Bagi desainer, mengunggah karya ke Behance atau Dribbble dapat meningkatkan kredibilitas, sedangkan bagi programmer, proyek coding yang diunggah ke GitHub bisa menjadi nilai tambah di mata klien atau perusahaan.

Mengandalkan satu sumber penghasilan dalam pekerjaan fleksibel juga cukup berisiko, terutama jika sifatnya freelance atau kontrak.

Oleh karena itu, membangun sumber penghasilan tambahan seperti menjual produk digital, membuka kursus online, atau berinvestasi dalam finansial seperti reksadana dan saham bisa menjadi langkah strategis untuk menjaga kestabilan keuangan.

Namun, bekerja fleksibel bukan berarti tanpa tantangan. Pekerjaan yang tampak mudah di media sosial sering kali membutuhkan dedikasi tinggi untuk bisa sukses.

Oleh sebab itu, penting untuk memahami risiko yang ada dan mencari strategi yang tepat untuk bertahan.

Selain itu, memiliki rencana jangka panjang dan terus meningkatkan keterampilan adalah kunci utama agar tetap relevan di dunia kerja yang terus berkembang.

Kesimpulan: Antara Nyaman dan Masa Depan

Lazy Girl Job mungkin terdengar menarik di permukaan, tetapi tanpa skill dan strategi yang matang, pekerjaan ini bisa menjadi jebakan yang menghambat perkembangan karier.

Bukannya hanya mengejar kerja yang "santai", lebih baik membangun keterampilan, portofolio, serta mencari peluang penghasilan tambahan agar tetap fleksibel tanpa mengorbankan masa depan karier.

Tren boleh datang dan pergi, tetapi orang dengan keahlian dan kemampuan beradaptasi akan selalu dicari di dunia kerja, kapan pun dan di mana pun.

Jadi, apakah kamu masih tertarik dengan Lazy Girl Job, atau lebih memilih membangun karier yang lebih stabil dan berkembang?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun