Mohon tunggu...
Ariel Hosea
Ariel Hosea Mohon Tunggu... Mahasiswa

20 y.o | mahasiswa s1 sistem informasi ( semester 6 ) di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto | gen z yang menulis | awalnya karena coba-coba lalu jadi hobby | lewat tulisan, saya ingin berbagi | lewat tulisan, saya ingin tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Purwokerto Kota Seribu Tukang Parkir: Bayar atau Kena Tatapan Sinis?

27 Februari 2025   22:48 Diperbarui: 27 Februari 2025   22:48 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau mungkin ada sensor khusus yang mendeteksi gerakan tangan ke stang motor, langsung mereka muncul dengan tangan terulur, siap narik duit. Kalau Naruto ada jurus Kage Bunshin, tukang parkir ini kayaknya punya jurus Kage Parkir no Jutsu.  

Saya pernah ngalamin kejadian absurd pas mampir ke ATM. Tukang parkirnya ada di situ, tapi saya pikir, yaudah lah, toh saya cuma sebentar dan bayar juga nggak wajib.

Pas selesai dan mau langsung pergi, tiba-tiba dia nyeletuk sinis, "Lain kali bawa uang Rp2.000 buat parkir ya, Mas." Lah, parkir di ATM sejak kapan jadi wajib?

Situ yang naruh mesin ATM di situ atau gimana? Apa nanti kalau kita numpang duduk di kursi taman juga bakal ada yang nagih tarif tempat duduk?

Kenapa Pemda Diam? Apa Nunggu Masyarakat Terbiasa?

Lucunya, ini kayak jadi budaya yang diterima aja. Pemda kayaknya nggak terlalu pusing soal ini, padahal jelas banyak warga yang resah.

Harusnya ada tindakan nyata, entah itu penertiban tukang parkir liar, sistem parkir resmi yang duitnya jelas masuk ke kas daerah, atau aturan yang memastikan tempat-tempat umum kayak ATM dan minimarket bebas dari pungutan parkir.

Tukang parkir liar udah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Purwokerto, dan kalau kita terus-terusan diam aja, bisa-bisa mereka berkembang biak.

Mereka nggak cuma ada di tempat parkir resmi, tapi juga mulai "berkeliaran" di tempat-tempat yang seharusnya nggak ada pungutan parkirnya. Misalnya ATM atau minimarket. Kalau semuanya terus ditoleransi, nanti bisa jadi budaya.

Jadi, kenapa nggak ada langkah konkret dari Pemda? Seharusnya mereka bisa menertibkan tukang parkir liar dengan cara yang lebih efektif. Salah satunya, minimal tempat-tempat umum kayak ATM dan minimarket harus bebas dari pungutan liar ini.

Kalau parkir memang harus bayar, ya harus ada sistem parkir resmi yang jelas, supaya duitnya bisa masuk ke kas daerah dan bukan ke kantong pribadi.

Selain itu, kalau ada tukang parkir yang maksa narik uang di tempat yang harusnya gratis, Pemda harus segera memberi sanksi tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun