Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Perbandingan terhadap Persepsi MSG

30 April 2016   08:59 Diperbarui: 30 April 2016   09:15 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

MSG, pada umumnya disebut oleh masyarakat sebagai penyedap rasa (micin). Entah nama darimana yang penting sebutan untuk semua penyedap rasa adalah micin. ia tergolong salah satu komponen bahan makanan yang berguna melengkapi rasa sebuah makanan. Sebenarnya ada tidaknya micin dalam makanan tidak terlalu berpengaruh. Hanya manusianya saja yang terlalu membutuhkan bahan tersebut.

Ketika seorang koki bekerja di sebuah tempat makan yang sehat, sehingga mengharuskan ia untuk tidak memakai MSG pada masakannya, akan berbeda dengan ibu rumah tangga dalam hal ini masih pemula memasak. Rasa masakan akan mereka hasilkan akan jauh berbeda. Perbedaan inilah yang tidak memungkinkan untuk kita agar tidak memakai MSG pada makanan.

Seperti yang pernah saya baca pada sebuah artikel, bahwa cara kerja senyawa MSG adalah merasuk melalui indera perasa. Kemudian mengirimkan stimulus kepada otak agar beranggapan masakan tersebut enak. Dengan kata lain MSG sebagai penipu otak. Lalu apakah otak terima jika terus menerus ditipu?

Nah itulah yang menjadi penyebab MSG berbahaya. Ketika dipikir secara logis dengan mengansumsikan bahwa otak adalah seorang anak. Anak yang ditipu terus menerus, akan beranggapan bahwa tipuan itu benar. Sehingga menuntut untuk selalu dapat tipuan tersebut. Lalu dapat kita simpulkan bahwa kita akan terus ketagihan dengan rasa MSG pada makanan yang kita makan. 

Lalu berarti MSG sama dengan rokok mungkin juga kopi atau mungkin juga lebih parah ketika dikonsumsi terus menerus menjadi ketagihan seperti pecandu NARKOBA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun