Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Orang Belanda Masih Membenci Sukarno?

14 Agustus 2020   23:21 Diperbarui: 15 Agustus 2020   00:16 3607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur Sukarno membebaskan Hindia, foto milik javapost.nl

Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, namun ternyata luka akibat kemerdekaan Indonesia masih terasa di hati orang-orang Belanda. Hal ini baru saya ketahui setelah membaca beberapa tulisan di Javapost.nl. Di Belanda, Soekarno, nama presiden pertama Indonesia masih memancing amarah dan kebencian bagi para warga Belanda. Menurut sejarawan, ini dimotivasi oleh permusuhan dan disinformasi yang diterima orang belanda di sana.

Awalnya adalah Huib van Mook seorang administrator kolonial Belanda tertinggi pernah berbicara kepada penduduk nusantara dalam siaran radio dari Australia pada 16 Agustus 1945 tentang menyerahnya tentara Jepang tanggal 15 Austus 1945.

Van Mook yakin dan dengan gembira mengabarkan bahwa otoritas kolonial Belanda akan segera melanjutkan tugasnya. "Tentunya ada kesulitan yang harus diatasi, tetapi mengapa harus murung di saat-saat kegembiraan yang belum pernah terjadi sebelumnya? "Kami akan memulai sesuatu yang baru," katanya dengan percaya diri.

Van Mook dan orang-orang Belanda lainnya di luar Indonesia tidak tahu persis seperti apa situasi yang sebenarnya terjadi. Setelah rezim kolonial sepenuhnya dikuasai oleh Jepang pada bulan Maret 1942, sebagian dari elit Belanda melarikan diri ke Australia. Dari sini, upaya terus menerus dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi di Jawa dan pulau-pulau lain, tetapi ini hampir tidak berhasil.

Siaran radio dari Indonesia tidak lengkap, surat kabar dan barang cetakan lainnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sedikit informasi yang tersedia memberikan gambaran yang menyimpang, misalnya, seorang perwira pengungsi KNIL mengatakan bahwa sebagian besar orang Indonesia mendukung pemerintah kolonial Belanda. Van Mook dan rekan-rekannya senang mendengarnya.

Dilaporkan juga bahwa beberapa intelektual Indonesia telah terlibat dengan Jepang - terutama Sukarno yang nasionalis. Informasi ini benar, tetapi pernyataan informasi lebih lanjutnya mengatakan bahwa Sukarno sedikit dicintai bahkan dibenci oleh penduduk Jawa, ternyata ininya hoax. Antara fakta atau fiksi, Belanda harus memutuskan dengan informasi yang sepotong ini.

Beberapa hari setelah pengumuman di radionya, Van Mook menerima surat kabar. Isinya teks yang diucapkan Sukarno pada 17 Agustus 1945, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Tangisan putus asa terakhir dari orang yang tersesat," tulis Van Mook di pinggir dokumen. Itu adalah perkiraan dia dan banyak orang-orang Belanda lainnya yang tidak bisa membayangkan bahwa bahwa bangsa Indonesia bisa berdiri sendiri, bahwa Republik Indonesia sudah lahir adalah sebuah fakta.

Pada pertengahan September, muncul laporan di surat kabar Belanda tentang situasi kacau di Jawa. Suasana gelisah. Teroris Indonesia akan mengumpulkan senjata. Terjadi kerusuhan di Batavia.

Jurnalis ANP Robert Kiek menulis tentang kamp-kamp tempat orang-orang Belanda ditahan di bawah kondisi yang keras selama pendudukan Jepang. De Volkskrant dan Trouw melaporkan bahwa ribuan wanita dan anak-anak Belanda yang kurus masih tinggal di kamp-kamp semacam itu. Kiek juga menyebut bendera merah putih yang digantung di gedung dan slogan di dinding untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.

Pada bulan Oktober 1945, laporan anarki di Jawa dan kekerasan mematikan di Surabaya menyusul. Pengikut Sukarno dikatakan telah mengambil alih kekuasaan di kota itu dan di Bandung dan menyandera "wanita Eropa" di kamp-kamp. Fakta bahwa Sukarno mengistirahatkan orang Indonesia di radio tidak akan memberi kesan apa-apa bagi kebanyakan orang Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun