Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penangkapan Raja Bone Lapawawoi oleh Marsose (Versi Belanda)

24 Juni 2020   21:46 Diperbarui: 25 Juni 2020   18:00 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan Belanda menyerang dengan senjata meriam 3,7 cm yang modern, dibantu  meriam kapal laut yang bisa menjangkau jauh ke darat, foto milik javapost.nl

Malam itu mayat Petta Ponggawae dibawa ke kediaman Pangeran, dan dikubur di sebelah istananya.  Baik Lapawawoi dan para wanita tampaknya tetap tenang , tetapi hatinya pasti sedih,  raja tua itu hanya berkata, "Allah punya mau." 

 Eilers ditugaskan untuk mengawal raja dari pedalaman ke pelabuhan Pare Pare di pantai barat Sulawesi Selatan dengan dua brigade polisi militer.  Tempat tentara  pertama yang dikunjungi dalam perjalanan ke Pare-Pare adalah Rappang. 

Kaki sang raja tertancap duri saat jatuh dari tandu dan mulai infeksi sehingga beliau tidak bisa berjalan.  Dengan tandu  beliau diangkut dari Rappang ke Pare Pare pada 25 November, dan diobati di Parepare.  Selanjutnya, naik kapal armada Assahan  ke Makassar.  Di sana raja diberitahu bahwa dia  akan diasingkan seumur hidup ke Bandung di Jawa. 

Raja diperlakukan dengan hormat oleh para penangkapnya.    Tanggal 14 Desember, raja dibawa ke dermaga dengan kereta kuda  gubernur Makassar.  Di kapal uap Rochussen pada saat perpisahan, raja menyerahkan harta putranya yang telah gugur kepada Carel Eilers: keris, tali untuk keris dan songko.

SUMBER: JAVAPOST.NL
SUMBER: JAVAPOST.NL
Benda dari Ponggawa, komandan  dan putra tertua Pangeran Bone yang jatuh dalam pertempuran.  Pada bulan Desember 1905, raja memberikan benda-benda ini kepada Letnan Eilers.  Keris dan songko (topi).  Koleksi Bronbeek Museum Arnhem.

Sekilas, kerusakan pada sudut wrangka (palang melintang; bagian atas yang lebar) dari sarungnya.  Menurut laporan kemudian dari Eilers, sarungnya rusak karena peluru.

 Menurut tradisi, pangeran tua itu menghormati Eilers dan sebagai rasa terima kasih karena telah menyelamatkan hidupnya dan sebagian besar kerabat serta pengikutnya.

 Perhiasan dan hadiah nasional

 Untuk kerajaan-kerajaan di Indonesia, perhiasan negara adalah lambang kekuasaan mereka.  Dalam pertempuran yang kalah biasanya menyerahkan kepada pemenang sebagai tanda penyerahan.

  Sejak berdirinya Masyarakat Jakartaasch pada tahun 1778, sebagian besar perhiasan yang ditangkap ini berakhir di museum.  Ketika seorang raja diangkat lagi di Bone pada tahun 1931, ia memberi tahu Pemerintah Belanda bahwa ia tidak dapat memerintah tanpa perhiasan negara.  Pada tahun yang sama, perhiasan itu  dikembalikan ke Bone.

Koleksi perhiasan pemerintah Belanda tidak hanya terdiri dari keris, perhiasan, dan benda-benda pusaka  lain yang terbuat dari bahan-bahan berharga dan dihiasi dengan batu-batu berharga,  tetapi juga hadiah dari zaman VOC dan campuran bendera, kain, batu, dll.  Termasuk patung-patung, vas bunga, mangkuk, piring, keranjang, dan seikat rambut.   Pusaka-pusaka ini sering dianggap suci oleh orang-orang kerajaan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun