Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memori: Menabur Kenangan dalam Seribu Malam

21 September 2021   00:55 Diperbarui: 19 Oktober 2021   19:25 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siluet Memori by Arief Akbar Bsa

MEMORI

(menabur kenangan dalam seribu malam)

Oleh : Arief Akbar Bsa

Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu, petikan syair lagu dari musisi legendaris Iwan Fals memang sangat sentimentil untuk peristiwa dimana sebuah keindahan masa dapat terukir indah seakan enggan untuk berlalu darinya. Tak sedikitpun sesuatunya dapat berlalu dan luput dari bingkai catatan langit yang senantiasa mencatat segalanya atas dasar pada sebuah pertanggung jawaban kelak. 

Demikian pula dengan Ramadhan yang sedang singgah datangi kita untuk menyapa dan berbagi keindahan akan sorak sorai panggilan nurani berjemur menikmati pancaran cahayanya. Hanya sebentar dan hanya satu purnama saja ia singgah, namun kehadirannya begitu berarti sekali di nanti dengan berbagai histeria yang beraneka ragam coraknya untuk upaya menahannya agar tak berlalu dan berkenan lebih lama lagi persinggahannya.

Ramadhan adalah pembagi sang waktu,
Ramadhan juga sebagai pemisah biji biji yang baik dari biji bijian yang tak layak untuk di semai. Dan selaras dengan hal tersebut, benarlah jika bulan Ramadhan memiliki nuansa cerita dan kenangan bagi setiap manusia untuk ditempatkan pada ruang dan posisi nya sesuai dengan pilihan biji biji yang telah dipilihnya. Jika saja sedikit ditarik kebelakang tentang asal muasal keterkaitannya labirin manusiawi yang bersinggungan dengan cahaya Ramadhan, maka tak akan jauh dari unsur relativitas gravitasi pada manusia untuk memilahnya jika pada hakikat nya antara manusia yang satu dengan lainnya berbeda bobotnya satu sama lain sebagaimana berbedanya bobot apel dan anggur.

Menilik mitologi kuno tentang peranan buah Apel dalam nuansa Ramadhan, ada sedikit penggalan sketsa keistimewaan pada sebuah apel. Saking dianggap sebagai buah istimewa, menurut mitologi Yunani buah ini diciptakan oleh Dewa Gaia. Apel dijadikan sebagai hadiah pernikahan untuk Hera dan zeus.

Apel pertama adalah emas, yang kemudian dijaga oleh Dewi Hesperides dan naga berkepala seratus bernama Ladon. Kisah apel emas ini cukup terkenal, hingga 12 buruh Hercules pernah berusaha mencuri apel tersebut.

Aphrodite adalah Dewi Cinta dan Kecantikan dalam mitologi Yunani. Dalam legenda Romawi disebut sebagai Venus. Ada dua legenda berbeda mengenai kelahiran Aphrodite. Legenda pertama menyebutkan Aphrodite adalah putri dari Zeus dan Dione. Tetapi legenda ini kurang populer. Legenda kedua menyebutkan bahwa Aphrodite lahir dari alat kelamin Uranus sang Titan yang dikebiri oleh Cronus.

Aphrodite, dewi asmara dan kecantikan. Aphrodite yang sangat menarik, menggoda dewa dan manusia dengan kecantikannya yang menghipnotis. Ada yang mengatakan ia anak Zeus. Kisah lain, ia bangkit dari gelombang samudera terbentuk secara sempurna dan luar biasa menarik. Kecantikannya begitu mendebarkan dan membuat iri semua dewi lain di Gunung Olympia.

Di dalam kisah, Paris menentukan ia sebagai yang tercantik di antara semua dewi dan menghadiahkan padanya apel emas. Sebagai balasannya, Aphrodite memberikannya kepada Helen yang merupakan wanita tercantik di bumi. Tapi tindakannya membangkitkan amarah Menelaus, Raja Sparta. Hal inilah yang memicu terjadinya Perang Troya. Dimana dalam perang tersebut terjadi dalam rentang waktu sepanjang bulan Ramadhan yang sedikit menyisir rasa sentimentil pada suatu peristiwa untuk dikenang dan enggan berlalu walau dalam batas kisah percintaan menyebabkan "Amarah dan berkecamuknya perang besar dimana seharusnya jika berpegang pada sandaran makna Ramadhan yang justru menistakan segala jenis angkara murka.

Terbersit pada rangkaian penggalan kisah itu memang dirasa bermuatan yang sama pada syair sang pemusai berikut ini,

COCCYX
oleh Arief Akbar, Bsa

para pengejar mimpi
terkungkung kebodohan
peganglah ekormu
maka kepalamu
memukul mimpi

dimana dalam karya kecil itu beberkan tentang koksik bagaimana Tuhan ternyata telah menciptakan organ yang mirip buku diary dalam tubuh manusia. Organ inilah yang menyaksikan semua aktivitas manusia, hingga mirip buku diary yang merekam jejak langkah selama hidup. Dunia modern mengenalnya sebagai tulang ekor yang disebut juga tailbone atau coccyx. Seorang ilmuwan dari Jerman mengemukakan tentang tulang ekor. 

Dalam penelitian yang ia lakukan terbukti bahwa tulang ekor merupakan asal mula kehidupan manusia dimana dalam bentuk fisik inilah yang tetap abadi bagai sebuah chip diary dibenamkan semua peristiwa dan perjalanan sepanjang hidupnya. Tak dipungkiri jika dalam garis kedudukan manusia adalah makhluk yang diciptakan sebagai jenis khusus dari jemari Illahi menempatkan alasan alam semesta berikut isinya tak akan pernah ada tanpa adanya penciptaan manusia disisi Illahi, maka hal ini dapat di ketagorikan nilai keagungan tertinggi dengan menempatkan seluruh jagad alam semesta yang hanya diletakkan (ditempatkan) di ekor nya manusia, lalu bagaimana derajatnya dengan peran kepala dan isinya (memori) pada manusia ???

Merujuk komposisi fungsi pada bagian kepala dan ekor manusia dengan mengulik karya pusai diatas, sedikit bergeser pada pemahaman sebuah misteri rahasia Awal dan Akhir. Dimana benar manusia akan dimatikan menyertai pula hancurnya semua yang ada padanya terkecuali tulang ekor tersebut kelak sebagai bahan baku (janin kedua) yang akan di hidupkan kembali saat memasuki fase dikumpulkan nya di padang Mahsyar setelah sebelumnya mendekam di fase Barzakh (alam ruh). Bagian inilah yang paling menarik untuk disinggung kaitannya dengan merindukan peristiwa tertentu yang enggan untuk berlalu oleh karena begitu berarti dan mendalamnya sebuah kenangan.

Kita semua pasti akan mati dan hancur tak tersisa meninggalkan semua peristiwa dan kenangan berada di pantat masing masing. Dipisahkan atas segalanya oleh pemilik alam semesta singgah sejenak di barzakh tanpa bisa bersosialita satu sama lain. Tidak bisa lagi bersenda gurau ataupun berbagi aktifitas dengan kesibukan seperti biasanya saat di dunia hingga tibalah dimana dari ekor nya lah akan ditiupkan kembali hidup terbentuk wujud manusia (dihidupkan kembali) seutuhnya sama persis dalam bentuk ketika sebelum mati. Saat bangkit dari liang kubur masing masing, jika saling kenal tentulah akan saling bertegur sapa dan sedikit termangu pada hamparan mahsyar yang sangat asing baginya.

Akan sama juga dapat merasakan lapar dan haus, pun dapat merasakan sakit bilamana kulit terkoyak dan tersentuh api dan benda keras. Hanya saja di fase ini kita dapat melihat bentuk bentuk makhluk lainnya yang jauh lebih banyak jumlah dan jenisnya dibanding ketika hidup di fase alam dunia. Maka kecenderungan untuk saling mengumbar/berbagi kenangan yang ada dikala pertemuannya kembali pasca kematia tidak sebesar rasa rindu merindu dikarenakan konsekwensi pada daya kejut keterpanaan nya menyaksikan dimensi yang sangat asing dan baru yaitu alam mahsyar.

Memang kelak kita kan berjumpa dengan socrates, plato, aristoteles maupun insan2 lainnya (jikapun benar ada, hera dan zeus pasti terlihat murung) dalam satu savana mahsyar termasuk engkong buyut embahnya embah kita untuk saling bertemu, bertanya tanya dan berbagi kenangan kembali atas peristiwa yang sudah terjadi sebelumnya.

Dari sebuah misteri menjadi terang benderang dan sangat jelas tanpa keterbatasan apapun. Segalanya dapat saling bertemu dan mengurai kenangan peristiwa masing masing untuk menuntaskan nya bagi tanya yang belum terjawab. Ada kalanya kenangan itu dapat membuat bahagia di fase ini seperti berbahagianya sepasang kekasih yang sangat lama tak berjumpa kini dapat bersua dalam kebangkitannya.

Adakah peristiwa kenangan itu kan terbawa dengan hidangkan tanya yang belum terjawab saat ajal kita didepan mata,

Maka nuansa Ramadhan dapat memberikan memori NYATA untuk menyusun kepingan kepingan itu menjadi bentuk yang kelak akan mengulas senyum bahagia kala dipertemukan nya di fase kebangkitan.

Berbagilah peristiwa dengan hadirkan atau ciptakan rangkaian peristiwa yang indah bagi manusia manusia lain walau sebatas berbagi dalam nilai yang sangat kecil sekalipun. Bilamana dari yang kecil ini dapat hadirkan kebahagiaan bagi yang lain seperti berkunjung pada yang sakit ataupun berbagi derma atas lainnya, tentulah akan tercipta suatu kenangan merasuki isi memori terbenam dalam peristiwa dan akan kembali singgah dikala bertemu kembali saat jiwa jiwa bangkit dari liang kuburnya masing masing.
Lalu, mengapa tak ciptakan saja kenangan yang lebih besar agar menjadi bagian memori indah penuh tawa dan bahagia di fase berikutnya, berbagilah selagi mampu untuk hal yang sangat besar, mulia dan agung,

Arief Akbar Bsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun