Mohon tunggu...
Arief Affandi
Arief Affandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Curhatan Seorang Pengangguran Akut

23 Januari 2019   21:23 Diperbarui: 23 Januari 2019   21:47 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat malam sahabat-sahabat semua, apa kabar? Sudah ngopi belum? He he...

Baiklah langsung aja, disini aku akan menceritakan seingatku saja, ini dia kisahku.

Bismillahirahman nirrahim

Assalamualaikum wr wb

Sebut saja namaku Deva, yah memang itu namaku hehe nama panggilan. aku terlahir dari keluarga TNI, bapakku berdinas dikota Tarakan Kaltim yang sekarang jadi Kaltara. Tarakan 20 maret 1986, yup itulah tempat/tanggal lahirku. Aku empat bersaudara dan aku yang paling tua.

Oh iya pada saat usiaku 5 th, bapakku dipindah tugasnya ke kota nunukan dekat perbatasan sama malaysia. Jadi pindahlah kami sekeluarga ke kota tersebut, disinilah aku mendaftar untuk sekolah SD, nama SDnya SDN kampung baru 003 Nunukan.

Oh iya aku dulu gak masuk ke TK, tapi langsung daftar ke SD. Disini aku masuk th 1991 kemudian lulus pada th 1997. Jamanku SD dulu gak kayak anak jaman sekarang, perbedaannya jauh banget deh pokoknya.

Setelah aku lulus SD aku mendaftar di SLTP N 1 Nunukan, saat aku menginjak di kelas tiga smp ibuku mulai sakit teman-teman. Beliau terkena rematik tulang sampai satu tahun, akhirnya karna beliau sakitnya bertambah parah beliau dirujuk ke RS kota Tarakan, hampir 1 bln dirawat disana. Karna tambah parah akhirnya dirujuk lagi ke RS ramelan dikota Surabaya.

Selama kurang lebih 1 minggu ibuku menghembuskan nafas terakhirnya di RS ramelan AL surabaya tersebut. semoga amal beliau diterima disisi Allah SWT amien. Akhirnya jasad beliau dibawa pulang dan dikebumikan dikampung halaman yaitu disaronggi sumenep madura.

Herannya pada saat ibuku meninggal, setetespun aku gak nangis dah terharu gitu, apa karna waktu itu aku masih kecil, tapi dibilang kecil sudah kelas tiga smp, entahlah. Aku menangis itu justru pada saat kuliah, karna mengenang beliau.

Setelah selesai acara tahlilan dikampung, aku, ayah dan adikku yang nomor dua oh iya dan bibiku yang dari bapak ikut keNunukan, sementara adikku yang nomor satu dan nomor tiga tinggal dikampung. Padahal sama bapak waktu itu semua anak-anaknya mau dibawa semua keNunukan, tapi gak dikasih sama keluarga dikampung padahal tiket sudah dibeliin semua, hanguslah dua tiket. Huff akhirnya aku berpisah sama dua adikku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun