TRUE Story : Dari Kisah, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan
Sementara Ia masih berdiri di depan meja antri pesanan, aku merenung sendirian. Perlahan  kenangan masa lalu yang mengharu biru hidup ku melintas lagi di pelupuk mata. Pernah aku  melihat nya , ketika aku sedang berjualan di pasar Sudirman, Dia bersama beberapa teman nya sedang berjalan ber iringan  sambil tertawa renyah, memperlihatkan lesung pipit nya.  Sedang aku dengan setengah malu,  bersembunyi di balik meja,  agar tak terlihat oleh nya.
Ada lagi waktu itu, Â aku melihat nya tengah berboncengan sepeda motor dengan seseorang, sementara aku sedang mengayuh sepeda pancal. Aku menolehkan kepala, untuk melihat nya ketika berpapasan dengan ku, dan ketika aku berpaling melihat ke depan, sepeda ku sudah di pinggir jalan. Aku basah kuyup jatuh ke selokan.
Tempo hari, sebelum aku memtuskan berangkat ke malaysia, kami sempat bertemu dan berkumpul dengan beberapa teman. Hanya saja, kami tak saling bicara, sementara kami bercanda dengan teman lain nya, aku tak berani mendekati nya.  Aku hanya melihat nya,  dan  Dia hanya melihat ku.  Kami hanya bertatapan, jika kebetulan bertemu pandang,  Sampai selesai acara, kami tak bertegur sapa.  Aneh nya,  aku merasa sangat bahagia?
Tanpa sadar aku tersenyum, dan tersipu sendirian,
"Ngape ketawa sorang,?"; terdengar suara nya  yang sudah datang  membawa baki hidangan.
"Tadak, cume ingat kenangan jak bah," jawab ku singkat.
Kami kemudian makan bersama, dengan suasana yang sudah agak mencair, dan mulai mengobrol banyak hal. Dia bercerita bahwa sekarang sedang mempersiapkan acara maulid  untuk kelompok pengajian nya.  Rencana nya nanti  akan mengundang pembicara dari Jakarta. Aku menanggapi dengan hangat, di selingi komentar singkat. Se sekali kami tertawa.  Aku melihat deretan gigi putih nya yang rapi, masih lengkap, tahi lalat kecil diatas bibir dan lesung pipit itu, masih tetap memikat. Â
Tuhan, gumam ku dalam hati, mengapa aku tak di  takdirkan hidup dengan wanita ini?  Padahal kami saling mencintai ?
Obrolan kami berhenti sejenak, ada panggilan masuk di Hp ku, rupa nya tamu pelanggan ku dari Hongkong  sudah tiba di Jakarta. Aku berbicara dengan nya, dalam bahasa Inggris Amerika. Setelah telfon ditutup, kami lanjut mengobrol.
"Alhamdulillah, ini ana maseh merintis gak, cume keliatan nye mau jalan, doekan ana ye,?" sahut ku
"Duh cinta ku,! Gumam ku dalam hati. Andai kau tahu, betapa hidup ku sangat menderita karena mengenal mu dulu. Sekira nya mampu, kan kuputar waktu, dan tak pernah kulihat kamu, dalam seragam putih biru, yang hadir ditiap mimpi ku. Â Sekira nya bisa, aku ingin kamu selalu ada, dalam tidur dan jaga, Mungkin kah?,"
"Ente mikerkan ape,?" suara tanya nya, menyadarkan lamunan ku.
"Eh, Endak ade, cume mengenang cerite kite dolok ,?", lucu kalau diingat ye,?" jawab ku , mengelak
"Yang mane bagian lucu nye,?" kata nya lagi
"Awak ingat ndak, kite menjelajah pramuka, sampai bagian harus  nyebrang paret dengan care merayap, ana bilang kamek tak tau care nye kak, cobe kakak tunjuk kan care nye lok. Dan kakak Pembina kite tu, merayap dari tepi paret, masuk kepala dulu ke dalam paret tu, menyelam, timbol, muke nye penuh kena caer, belepotan, baro kite ketawakan die ramai-ramai,!"
 ha,ha ha, kami tertawa bersama.
Sekitar satu jam kami berbincang dan bertukar cerita, Sampai akhir nya tanpa terasa, kami harus berpisah.
 Aku mempersilahkan Dia untuk meninggalkan ku  lebih dulu, agar aku dapat menenangkan diri ku. Dia mengangguk setuju, dan menggeser kursi nya, mengambil  tas  jinjing nya, lalu meninggalkan meja.
"Kame dolok ye,?" Salam alaikum,!" pamit nya pada ku.
Sempat kulihat mata nya berubah sayu, dan Dia menarik nafas panjang.Â
"Alaikum salam," Jawab ku.
Bersambung Episode , 56 ( baca disini ) ( baca dari awal )@Arie, 20102019, Surabaya