Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Nature

Air: Tanpa Air Kita Mati

12 September 2019   15:29 Diperbarui: 14 September 2019   15:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan Air, 

Tema : Menabung air hujan memanen manfaat, 

Air, nama benda cair ini identik dengan kehidupan. Tanpa air, tak ada kehidupan. Semua butuh air, semua perlu air, manusia, hewan, tumbuhan, tanah, hampir semua mahluk, bergerak dan tidak bergerak, membutuhkan air untuk kelanjutan species nya. Air elemen yang mengandung Oksigen dan Hidrogen ini, sangat vital bagi mahluk di bumi. Bumi mengandung 71% air, dan dari jumlah itu, sebagian besar berupa lautan, air yang mengandung garam. 

Sisa nya hanya sekitar 3% yang tidak mengandung garam, atau air tawar, yang digunakan mahluk hidup di muka bumi.  Bayangkan,!. 

Sementara dari jumlah air tawar 3%, atau air yang tidak mengandung garam,- hampir  (70% ) diantaranya dibekukan,- berupa gletser dan salju di kutub utara dan selatan.  (30% ) tersimpan menjadi air tanah.(  0,26% ) tersimpan di danau air tawar. Dan hanya, (0,001%, )yang mengambang di atmosfer, yang menjadi rebutan kita semua yang hidup di permukaan planet bumi.   Pada tahun 2050, penduduk manusia planet bumi, diprediksi berjumlah 10,000,000,000,=  sepuluh miliar jiwa. ( lihat disini )

Problem air di negeri kita,

Di negeri kita problem air adalah,  Terlalu banyak di musim hujan, dan terlalu sedikit di musim kemarau. Dan bagaimana mengolah air yang kotor menjadi air bersih, yang layak pakai, syukur kalau bisa diolah menjadi layak minum.

Contoh kasus di musim kemarau, beberapa daerah yang mengalami kesulitan air. 

# Mulai dari Jakarta utara, :

Kepala Dinas SDA DKI Juaini menyebutkan meski belum ada data resmi yang masuk tapi secara umum dari tahun ke tahun wilayah Jakarta bagian barat dan utara menjadi wilayah yang paling terdampak kesulitan air selama kemarau melanda.

"Di pesisir , barat dan utara. Mereka memang sudah dari dulu. Meski musim hujan pun airnya juga sudah intrusi air laut, apalagi ditambah kemarau, semakin sulit air," kata Juani, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (22/8/2019). ( lihat disini )

# Karang Anyar,

 Kemarau ekstrim dan panjang waktunya mengakibatkan lima desa kekeringan. Warga datang ke kantor Baznas meminta bantuan dibuatkan sumur dalam sekitar 125 meteran lebih agar airnya awet memancar.

Di sisi lain saat ini Baznas mengalami kesulitan menolong warga Ngrawan, Krendhowahono, Kecamatan Gondangrejo karena sumur dalam untuk menolong sekitar 170 kepala keluarga yang mengalami kekeringan gagal. Begitu pula warga Wonokeling, Kwangsan Jatipuro, Jatisobo, dan lainnya yang datang ke Baznas untuk dibuatkan sumur dalam .  

Rata-rata di wilayah tersebut ada 150-an kepala keluarga. Sehingga ada 750-an keluarga dan ditambah warga di desa Ngrawan ada 170-an.  ''Kami sudah mengebor dua kali di dua lokasi baru, namun membentur batu yang diduga fosil sehingga pengeboran tidak dilanjutkan, sebab daerah itu daerah cagar budaya yang tidak boleh sembarangan diubah dan dibuat bangunan,'' kata Iskandar, Wakil Ketua Bidang Pentasyorufan zakat, Jumat.( lihat disini )

# Lebak Banten,

Sebanyak 14 Kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang sehingga kekeringan melanda daerah itu. Masyarakat yang mengalami krisis air bersih setelah air bawah tanah, seperti sumur, jetpump dan sumber mata air mengering akibat kemarau.

"Kami setiap hari mendistribusikan pasokan air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan," kata Kepala Seksi Rekontruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Bernardi,  di Rangkas bitung, Senin (9/9).

Mereka saat ini masyarakat yang dilanda krisis terpaksa berjalan kaki menuju lokasi daerah aliran sungai juga membuat lubang-lubang di tepi sungai untuk menampung air. Selain itu warga mereka pada dinihari mendatangi sumber mata air yang ada dengan mengantre untuk mendapatkan air.

Bahkan, masyarakat juga ada menggunakan air kolam untuk kebutuhan mandi cuci dan kakus (MCK),padahal air tersebut tidak layak. "Kami meminta warga yang dilanda krisis air bersih segera mengajukan permohonan bantuan distribusi air bersih ke BPBD setempat," ujarnya.

Ia mengatakan, ke-14 kecamatan yang terjadi krisis air bersih antara lain Kecamatan Sajira, Cipanas, Bojongmanik, Leuwidamar, Cirinten, Warunggunung, Gunungkencana, Cigemblong, Cijaku, Cihara, Wanasalam, Panggarangan, Bayah, Cilograng.

Kemungkinan besar kecamatan yang dilanda krisis air bersih dipastikan meluas karena hingga saat ini belum turun curah hujan.

 Karena itu, pihaknya terus mengoptimalkan stok air bersih dengan mengerahkan sebanyak tiga kendaraan tangki dengan kapasitas 18.000 liter. "Kami hari ini mendistribusikan air bersih ke Kecamatan Cihara dan Panggarangan," katanya. Sejumlah warga Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak mengaku bahwa mereka merasa lega setelah mendapat bantuan air bersih dari tangki BPBD setempat ( baca disini )

# Demak, 

Terdampak kekeringan, warga di sejumlah desa di Kabupaten Demak kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka harus membeli air bersih dari penjual keliling. Dari pantauan detikcom, dua desa, yakni Desa Kedondong dan Raji, Kecamatan Demak Kota, Rabu (11/9/2019). Sudah dua bulan terakhir mengalami kekeringan.  Sejak memasuki musim kemarau, sungai tidak lagi dialiri air. Salah seorang warga Desa Kedondong, Suwesti (35), mengatakan membeli air sekitar 6 jeriken untuk keperluan satu sampai dua hari. Harga satu jeriken air Rp 3.500. 

"Air benar-benar sulit sejak dua bulan ini. Semua sungai kering, tidak ada airnya," katanya kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Rabu (11/9/2019). Warga lain dari Desa Raji, Arwani, mengatakan mulai kesulitan mendapat air bersih dalam dua bulan terakhir. "Kemarau sudah empat bulan, tapi air mulai sulit didapatkan dalam dua bulan terakhir. Ya, akhirnya harus beli, enam jeriken untuk lima hari," paparnya. ( lihat disini )

# Purwokerto,

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Ariono Poerwanto, wilayah yang menghadapi dampak kekeringan pada tahun 2019 ini lebih luas dibandingkan dengan tahun sebelumnya, "Menurut data sementara, pada tahun 2019 ini sudah ada 18 kecamatan yang terdampak, pada tahun 2018 lalu ada sembilan kecamatan yang terdampak," kata Ariono di Purwokerto, Rabu (11/9/2019).  

Tahun ini, ia menjelaskan, kekeringan terjadi di wilayah Kecamatan Patikraja, Sumpiuh, Karanglewas, Rawalo, Kalibagor, Jatilawang, Purwojati, Cilongok, Tambak, Kebasen, Gumelar, Somagede, Lumbir, Kemranjen, Banyumas, Pekuncen, Kedungbanteng, dan Ajibarang.  "Totalnya ada 56 desa di 18 kecamatan yang terdampak kekeringan hingga saat ini," katanya.  

Sedangkan pada tahun 2018, ia melanjutkan, kekeringan hanya terjadi di Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Banyumas, Somagede, Kalibagor, Cilongok, Purwojati, Kebasen, dan Karanglewas.  Ariono mengatakan bahwa wilayah yang menghadapi dampak kekeringan makin luas karena musim kemarau tahun ini lebih panjang dan lebih kering ketimbang tahun lalu. BPBD Jateng Nyatakan Kekeringan di Jateng Masih Bisa Diatasi "Tahun ini kita sudah memulai distribusi air bersih pada akhir bulan Mei, sementara pada tahun lalu kita baru memulai penyaluran air bersih pada pertengahan bulan Juli,"

 katanya. "Distribusi akan terus dilakukan, persediaan air bersih Insya Allah mencukupi hingga akhir musim kemarau," ia menambahkan. Hingga saat ini, menurut dia, BPBD sudah menyalurkan air bersih 946 tangki atau sekitar 4.727.000 liter ke wilayah-wilayah yang kekurangan air bersih akibat kekeringan. . ( lihat disini )

Itulah sedikit diantara gambaran persoalan air di negeri kita saat ini. Belum termasuk Lombok, Bali, Sumbawa, Kupang, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nias, Rote, Aceh, dan banyak lagi daerah lainya, yang kesulitan air dimusim kemarau.

Sejauh ini Pemerintah telah berusaha dengan segala cara terbaik, agar bagaimana masyarakat Indonesia, dapat menggunakan air secara merata, sesuai kebutuhan mereka masing - masing.

# Solusi 

Melalui tulisan ini, penulis mencoba menyampaikan beberapa saran dan solusi, yang mungkin bisa diterapkan, bagaimana cara nya kita bangsa ini, keluar dari persoalan mendapatkan air setiap waktu, dan tidak lagi kesulitan air di musim kemarau.

1. Pembuatan waduk dan irigasi secara merata di setiap tempat yang memerlukan,

Langkah pembuatan waduk dan irigasi adalah salah satu solusi mendapatkan air. Selain mencegah banjir, waduk dan irigasi juga akan berfungsi menabung air di waktu hujan, dan menuai manfaat di musim kemarau.

2. Normalisasi Sungai dan Kanal,

Normalisasi harus dilakukan terus menerus. Sungai dan kanal harus tetap mengalir, bersih, enak dipandang, dimana pada bagian ujung nya dibuatkan pintu air, agar debit air tetap dapat di kontrol. Jika memungkinkan, sungai dan kanal dapat dijadikan obyek  wisata masyarakat, sebagaimana di Semarang, dan di Surabaya, yang sudah menerapkan cara  ini. 

3. Pengolahan air sungai kanal, waduk, dan irigasi , dijernihkan sehingga layak pakai,

Jika point kedua diatas dapat dilaksanakan dan berjalan baik, maka langkah berikutnya diperlukan pengolahan air sungai dan kanal, menjadi layak pakai, kemudian di salurkan ke hidran terpisah dari air konsumsi, sehingga dapat di gunakan paling tidak oleh Dinas Pertamanan, cuci mobil, wudhu,
MCK, dan keperluan lainya, non konsumsi.

4. Menanamkan kesadaran sejak dini kepada bangsa akan arti pentingnya air,

Dunia pendidikan sejatinya juga dilibatkan, dengan memberikan pelajaran kepada para siswa, mulai TK, hingga Perguruan Tinggi. Pelajaran ini sangat penting, agar anak didik tumbuh dan besar menjadi bangsa yang hemat air. Perlu dicanangkan gerakan hemat air secara Nasional. Lomba - lomba dan even tentang hemat air. Film dokumentar tentang air. Dacara - cara berhemat air.

5. Mencari tehnologi tepat guna, murah, dan mobile, bisa digunakan di segala tempat,

Tehnologi pengolahan air tepat juga juga sangat kita perlukan. sedapat mungkin hasil karya anak bangsa. Sehingga murah, dan bermanfaat. Saya kira LIPI tidak kesulitan dalam hal ini, untuk mencari tehnologi yang pas buat penjernihan air sungai, sumur, kanal, bendungan dan irigasi yang sudah kita bangun tersebut. 

6. Mewajibkan setiap gedung membuat bak penampungan bawah tanah,  dan setiap rumah menampung air hujan.

Kebijakan ini bisa dikaitkan dengan proses penerbitan IMB dalam setiap bangunan yang baru di bangun.  Bagi bangunan yang sudah ada, dengan membuat, sumur resapan air. Masyarakat umum, di wajibkan menabung air hujan, dengan membuat pancuran  dialirkan ke tangki  di setiap rumah, atau dengan membuat bak penampungan air bawah tanah. 

Mari kita mulai dengan menabung air hujan  di musim hujan, dan memanen  manfaat di musim kemarau. Semoga tahun depan, kita tidak lagi kesulitan air. @Arie, 12092019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun