Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023.
Salam literasi 💖 Just love writing 💖
Sama dengan tomat dan pare, cimongkak ini pun awalnya tumbuh sendiri di halaman depan rumah, bukan sengaja saya tanam. Dan melihat ada tanaman yang awalnya saya kira terung, maka saya rawatlah si dia.
Tanaman Cimongkak. Photo by Ari
Melihat bentuk daunnya, saya menduga kalau ini tanaman terung ungu. Saya salah sangka. Memang cimongkak ini tergolong terung, tapi bukan jenis terung besar yang biasa kita temui. Buah cimongkak ini kecil-kecil bergerombol banyak. Bunganya sangat cantik berwarna putih kecil-kecil juga mirip bunga terung.Â
Buah Cimongkak untuk tetangga. Photo by Ari
Hasil panen kali ini pun diberikan lagi ke tetangga. Karena setelah dipanen, ternyata sangat banyak. Proyek ke dua "Vegetables for free". Kami senang, tetangga pun senang.Â
Ini dia foto bunga Cimongkak. Penggemar bunga seperti saya, tidak akan melewatkan pemandangan seindah ini.Â
Bunga Cimongkak. Photo by Ari
Belum berakhir kisahnya. Lanjut ke tanaman sayur berikutnya. Yang sangat terkenal.Â
Siapa sih yang tidak kenal buah yang satu ini. Bagian tumbuhan yang biasa dimanfaatkan segala kalangan masyarakat adalah buahnya. Tentu saja, si buah cabai. Tapi, meskipun bagian buahnya yang dimanfaatkan, cabe ini tergolong sayuran. Karena biasa dimasak di dapur bersama aneka jenis sayuran lainnya sebagai penambah cita rasa pedas. Ada beberapa jenis cabai yang pernah singgah di halaman saya.
a. Cabai rawit
Cabe rawit hijau depan rumah. Photo by Ari
Tanaman cabai rawit hijau ini terkenal pedasnya. Biasa buat dimakan menemani gorengan. Juga bisa dijadikan sambal untuk rujak dan pecel. Bahkan berguna pula untuk masak sayur oseng-oseng atau tumis.
Cabe rawit hijau di depan rumah. Photo by Ari
Panen - panen. Saya jadi teringat pak Tjiptadinata Effendi yang pernah menyebutkan berkebun cabe di Australia karena harganya mahal sekali.Â
Indonesia begitu kaya raya hasil alam. Cabai tumbuh subur dan bahkan bisa dapat gratis kalau di desa para tetangga yang banyak menanam cabe. Lagi-lagi proyek "vegetables for free"