Seorang teman, laki-laki 29 tahun, terlihat begitu kesakitan di kantor. Sambil memegang pinggang bagian kanan, dia menulis surat ijin pulang awal untuk periksa. Hari berikutnya dia harus pergi ke Lab untuk periksa USG ginjal. Ditemukan ada batu ginjal berukuran 0,9 mm. Setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah di rumah sakit swasta, dia dinyatakan harus menjalani pemeriksaan rotgen ginjal dengan biaya relatif lebih mahal. Dan untuk tindakan selanjutnya akan ditentukan kemudian setelah hasil rontgen didapat. Setelah berdiskusi dengan keluarga, mengingat banyak hal yang harus dipertimbangkan termasuk biaya, maka diputuskan untuk melakukan penyembuhan dengan cara alternatif. Dua hari berikutnya dengan diantar seorang kerabat, dia menemui 'orang pintar' di dusun Jambu, Ambarawa. Jam 8 pagi sampai ditempat itu, dia dilayani seorang yang bertugas menerima 'pasien'. Dengan nomor urut 40 dia diminta membeli 4 botol air mineral berukuran 1000 ml. Setelah 20 menit tibalah gilirannya untuk diperiksa. Â Layaknya seorang pasien, dia hanya mengatakan keluhan sakit pinggangnya. Orang pintar itu meminta ijin untuk memeriksanya. Teman saya diminta mengangkat bajunya. Dengan kedua tangannya Pak Agus, nama orang pintar itu, memegang pinggangnya. Tak berapa lama dia mengatakan 'Iya mas, ini sakit karena ada batu di kedua ginjalnya. Saya ambil ya, mas.' Kemudian tangan kanannya meraih tasbih, sambil bertanya 'Siapa namanya, mas?' Setelah menjawab, tangan kirinya mulai ditempelkan di pinggang kanan teman saya. Sambil sejenak 'wiritan', istilah Jawa membaca doa sambil bertasbih, dia berkonsentrasi. Dan dengan sekali usap ke depan, muncul suara 'klitik' seperti sebuah batu jatuh dari pinggang. Spontan dia mencari benda yang jatuh tersebut. Ternyata dia menemukan batu sebesar ujung jari kelingking berwarna putih kekuningan dengan permukaan kasar tajam. Dia ambil batu tersebut untuk dibawa pulang. 'Untuk yang satu saya tidak ambil sekarang, mas. Takutnya mas tidak kuat.' katanya. Ingat, airnya diminum ya mas.' pesan terakhirnya sebelum dia melanjutkan tugasnya dengan kira-kira 20 pasien dibelakang teman saya. Maklum, dia hanya berpraktek dari jam 7 hingga jam 10 setiap harinya. Setelah dengan sukarela memasukkan sejumlah uang ke dalam kotak, teman sayapun berlalu dari hadapannya. Di area parkir, seorang pasien yang lain bercerita kalau saudaranya pernah juga operasi batu ginjal di rumah sakit. Sudah menghabiskan uang 15 juta, tapi batu itu ada lagi. Artinya penyakit tidak sembuh. Dan setelah dibawa ke tempat itu, sampai hari itu dia baik baik saja. Hari berikutnya teman saya kembali bekerja seperti semula. Batu ginjal memang penyakit yang dikarenakan suatu bakat 'hormonal' tubuh menyisakan endapan yang seharusnya keluar bersama urin. Minum banyak air putih tanpa minuman lain berwarna seperti teh, cokelat, kopi atau berkalsium seperti susu, keju, atau produk suplemen dengan kalsium tinggi akan dapat memicu terbentuknya endapan tersebut. Kisah pengambilan batu ginjal yang dialami sendiri oleh teman saya sangat sulit dijelaskan secara medis seperti yang bisa dengan sangat ilmiah biasa dijelaskan oleh paramedis di rumah sakit. Namun demikian hasil yang diperoleh untuk kesembuhan pasien sejauh ini sama, bahkan diyakini cara alternatif ini tidak menimbulkan efek samping.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI