Usaha ini mereka tekuni demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun dalam proses produksi gula merah Surti (40) mengakui masih ada beberapa kendala yang sering terjadi, salah satu kendala yang sering mereka hadapi adalah kendala cuaca. Jika musim hujan tiba mereka kesulitan untuk mendapatkan kayu bakar dan air nira yang dihasilkan pohon kelapa kualitasnya juga mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan air nira yang dihasilkan tercampur dengan air hujan.
Jika nira yang dihasilkan kualitasnya kurang baik, kualitas gula yang dihasilkan juga tidak terlalu baik. Gula yang dibuat dari air nira yang diambil ketika musim hujan biasanya cenderung berwarna merah gelap, gula tidak dapat mengeras dengan sempurna dan rasanya sedikit asam sehingga harga jualpun rendah.
"Kendala yang sering saya temui biasanya saat musim hujan tiba. Selain air nira yang saya dapat kualitasnya kurang baik saya juga harus membeli kayu bakar dengan harga 5.000/ikat, karena saat hujan kayu dikebun banyak yang basah sehingga kami memilih untuk membeli". Tegas Katwadi dan Surti
Ketika produksi dan kualitas gula merah mengalami penurunana secara otomatis penghasilan para pembuat gula merah juga akan mengalami penurunan. Akan tetapi saat musim hujan tiba bisanya harga gula dipasaran cenderung melonjak, hal tersebut dikarenakan kebutuhan konsumen yang meningkat dan stok gula di pasar kurang. Disinilah salah satu keuntungan para pembuat gula merah, mereka dapat menaikkan harga gula merah di tengah terbatasnya stok gula merah di Pasar.
Gula yang kualitasnya rendah biasanya dijual dengan harga 8.000/kg, akan tetapi jika gula yang dihasilkan kualitasnya baik biasanya dipatok dengan harga 10.000/kg. Surti (40) menjual gula hasil produksinya di Pasar tradisional seminggu sekali. Dalam satu bulan pasutri ini mampu menjual gula sekitar 100kg dengan omset kurang lebih 1jt, itupun tergantung dari gula yang dihasilkan.
Selain menjual gula merah secara kiloan Surti juga menjual gula merah secara ecer. Meskipun bukan satu-satunya pembuat gula merah di Desa Ketro, Surti mengaku banyak tetangganya yang sudah menjadi pelanggan setianya.
"Saya biasanya menjual gula kiloan, tapi jika ada yang datang kerumah membeli ecer tetap saya layani. Untuk gula ecer bisanya saya menjual dengan harga 5.000 rupiah". Ujarnya
Ditengah pandemi seperti ini mereka tetap bersyukur karena usaha yang mereka miliki tetap berjalan seperti biasa, bahkan mereka berharap usaha gula merah ini akan berkembang pesat.