Mohon tunggu...
Ariasdi
Ariasdi Mohon Tunggu... Administrasi - Dunia Pendidikan

Catatan Kecil Dunia Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Suku Tertua di Nusantara Menyongsong Modernisasi

9 Januari 2018   15:14 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:00 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentawai merupakan gugusan kepulauan di sebelah barat Sumatera yang cukup unik. Walau sebelumnya bagian dari Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat), budaya dan bahasanya tidak sedikitpun mirip dengan Pariaman (Minangkabau). Asal-usul suku tersebut masih menjadi misteri. Sampai sekarang belum ada hasil peneltian yang menunjukkan suku mana yang telah berimigran ke sana, yang diyakini sebagai nenek moyang orang Mentawai. Beberapa pendapat menyatakan sebagai bangsa Polynesia, yang lainnya menggolongkan kepada bangsa Proto-Malayan (Melayu Tua).

Konon, terpisahnya kepulauan Mentawai dengan Sumatera terjadi sejak zaman Pleistosin. Manusia zaman itu adalah spesies Homo-Erektus dengan kebudayaan Paleoliticum (batu tua). Berakhir pada 10.000 SM, sebelum datang zaman Holosin (Alluvium) yang menjadi cikal 'manusia zaman now'.

Letak geografis yang cukup jauh dari daratan, menjadikan suku Mentawai relatif steril dari pengaruh perkembangan teknologi dan budaya. Sebagai salah satu suku tertua di Indonesia, suku Mentawai masih memegang teguh kepercayaan, tradisi dan adat istiadat. Masyarakat Mentawai mempercayai bahwa seluruh benda di alam memiliki roh/jiwa (simagre). 

Roh tersebut adakalanya bergentayangan melepaskan diri dari benda yang ditempatinya karena terusiknya harmonisasi di antara mereka. Roh yang lepas menjadi 'radikal bebas' dan dapat menimbulkan penyakit. 

Oleh karena itu, perlu dijaga harmonisasi antara roh dan benda yang ditempatinya dengan upacara keagamaan (punen, puiaijat atau lia) dibawah kepemimpinan sikerei yang dapat berkomunikasi dengan makhluk supra-natural.

Seiring berkembangnya sarana transportasi, kepulauan Mentawai menjadi mudah dijangkau dari Padang. Kapal motor feri (KMF), seperti KMF Gambolo dan Ambu-ambu, rutin mengunjungi pelabuhan-pelabuhan besar dengan membawa penumpang beserta material bangunan dan alat berat lainnya. Sedangkan kapal motor cepat MV Mentawai Fast I dan Mentawai Fast II, lebih khusus membawa penumpang dan wisatawan. 

Pengaruh tersebut berdampak kepada percepatan pembangunan fisik dan sarana transportasi darat. Selain itu, pemerintah juga menyediakan kapal perintis yang membawa bahan-bahan yang dikontribusikan untuk daerah-daerah terpencil di kepulauan tersebut.

Pelabuhan Sikakap, Pagai Utara Selatan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Pelabuhan Sikakap, Pagai Utara Selatan. (Foto: Dok. Ariasdi)
Wisatawan mancanegara di pelabuhan Tua Peijat, sedang mencari kesesuaian harga transportasi lokal. (Foto: Dok. Ariasdi)
Wisatawan mancanegara di pelabuhan Tua Peijat, sedang mencari kesesuaian harga transportasi lokal. (Foto: Dok. Ariasdi)
Perkembangan itu membuat Mentawai menyerah terhadap pengaruh sentuhan teknologi dan budaya luar. Wisatawan domestik dan mancanega telah menjadikan Mentawai sebagai salah satu destinasi yang wajib dikunjungi jika ke Sumatera Barat. Penginapan, hotel dan rumah singgah cukup mudah dijumpai, dengan harga terjangkau, kecuali beberapa resort yang sedang dikuasai investor asing.

Simakakang Resort di Tua Peijat. (Foto: Dok. Ariasdi)
Simakakang Resort di Tua Peijat. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kondisi jalan di beberapa tempat di Kepulauan Mentawai. (Foto: Dok. Ariasdi)
Kondisi jalan di beberapa tempat di Kepulauan Mentawai. (Foto: Dok. Ariasdi)
Tidak demikian dengan biaya transportasi antar daerah. Pengunjung harus merogoh kocek agak lebih dalam. Kondisi medan dan terbatasnya asupan bahan bakar ke pulau tersebut sepertinya menjadi alasan yang bisa masuk akal. Keadaan itu juga dirasakan oleh masyarakat setempat yang akan bepergian melalui jalur darat atau laut. Jalur laut menggunakan perahu misalnya, ongkosnya bisa mencapai jutaan untuk satu kali keberangkatan. 

Perlu strategi dan perencanaan yang matang ketika mengunjungi beberapa tempat di kabupaten tersebut. Pekerjaan rumah yang perlu ditangani sesegera mungkin oleh pemerintah daerah setempat untuk mengatasinya.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun