Kepemimpinan adalah sebuah seni yang membutuhkan kepekaan intuisi dalam bertindak dan mengambil keputusan. Walaupun terdapat berbagai macam aturan perundangan yang mengatur tentang sesuatu hal, misalkan masalah kepegawaian, namun tetap diperlukan sebuah kepekaan perasaan, untuk menentukan apakah seorang pegawai lantas harus diberhentikan, atau masih bisa diberikan toleransi untuk tetap bekerja di suatu kantor. Pertimbangannya bisa karena faktor keluarga, misalkan masih ada istri dan anak-anak yang harus diberikan nafkah; masalah hutang piutang, masalah perilaku yang bersangkutan, serta kontribusi yang selama ini telah diberikan oleh pegawai bersangkutan.
      Kepekaan intuisi seorang Pemimpin dalam melangkah dan mengambil keputusan yang bijak dalam organisasi, akan membawa dampak positif bagi perkembangan organisasi di masa depan. Keputusan langkah bijak yang diambil bisa berupa langkah atau keputusan yang bersifat win-win solution bagi semua pihak, yang meskipun akan merugikan salah satu pihak, namun kerugian yang diderita bisa diusahakan agar tidak terlalu besar; serta walaupun akan menguntungkan pihak lainnya, namun keuntungannya juga perlu diusahakan agar tidak terlalu besar. Harapannya semua pihak bisa menerima dan mendukung keputusan atau langkah yang dilakukan.
      Hal diatas adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang Pemimpin, agar dapat berperilaku sesuai ajaran dan kearifan lokal dari Ki Hajar Dewantara, yang pernah menyampaikan ajaran "Ing Madya Mangun Karsa" atau secara harfiah berarti di tengah-tengah masyarakat, seorang Pemimpin dapat membangun kebersamaan. Kebersamaan antara Pemimpin dan masyarakat dapat dibentuk, jika seorang Pemimpin memiliki beberapa sifat sebagai berikut:
- Mau turun ke masyarakat untuk mendengarkan berbagai keluhan tentang masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari;
- Setelah mendengarkan dan mengumpulkan berbagai keluhan permasalahan yang dihadapi masyarakat, lantas berkoordinasi dengan stakeholder terkait, termasuk juga dengan Kepala Instansi di bawah kewenangannya yang memiliki kewenangan terhadap pelayanan yang dikeluhkan oleh masyarakat, guna mencari solusi terhadap permasalahan yang dikeluhkan masyarakat tersebut;
- Setelah mendapatkan win-win solution, lantas memerintahkan dan menugaskan Kepala Instansi di bawah kewenangannya tersebut untuk menindaklanjuti hasil koordinasi dan komunikasi yang telah dilakukan, agar dapat menjadi solusi permasalahan yang dikeluhkan masyarakat tadi. Perintah/disposisi tersebut idealnya juga dengan dibarengi memasang target penyelesaiannya selama waktu tertentu. Hal ini tentunya dengan pertimbangan waktu penyelesaian yang masih bisa diterima oleh masyarakat, alias jangan terlalu lama dan jangan pula terlalu cepat. Misalkan memberikan target waktu penyelesaian kegiatan pemberian bantuan hibah ke masyarakat dalam waktu 1 (satu) minggu. Hal ini jelas sangat tidak masuk akal, karena terdapat proses verifikasi dan validasi lapang terlebih dahulu, terhadap permohonan yang diterima. Setelah itu, masih harus menentukan kelompok masyarakat penerima, disesuaikan dengan kuota dalam anggaran. Selanjutnya masih juga harus menentukan penyedia paket bantuan hibahnya dengan melalui mekanisme lelang. Kemudian distribusi bantuan hibahnya, baru penerimaan oleh kelompok masyarakat termaksud. Sehingga target waktu seminggu untuk pemberian bantuan hibah ke masyarakat adalah suatu target yang di luar nalar;
- Langkah selanjutnya setelah memberikan perintah disertai target waktu penyelesaian adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perintah/disposisi yang telah diberikan. Monitoring dan evaluasi ini bisa dilakukan pada saat target waktu belum terlewati maupun setelah target waktu terlewati. Monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan, diharapkan adalah monitoring dan evaluasi yang berimbang. Monitoring dan evaluasi berimbang yang dimaksud diatas, adalah monitoring dan evaluasi yang berupa laporan dari 2 (dua) belah pihak, yaitu dari Kepala Instansi yang menjadi bawahannya, serta masyarakat yang berkeluh kesah tentang permasalahan hidup diatas;
- Jika lantas hasil monitoring dan evaluasi diatas, menunjukkan ketidakberesan kinerja Kepala Instansi yang menjadi bawahannya, maka seorang Pemimpin yang baik, dapat mencoba melakukan identifikasi permasalahan terlebih dahulu, sebelum menentukan benar atau salahnya, Kepala Instansi yang menjadi bawahannya. Jika ternyata Kepala Instansi yang menjadi bawahannya itu salah, maka Pimpinan dapat melakukan pembinaan, mentoring, ataupun coaching kepada Kepala Instansi yang menjadi bawahannya tersebut. Setelah melakukan kegiatan diatas, jika lantas Kepala Instansi yang menjadi bawahannya tersebut masih juga belum berkinerja optimal, maka seorang Pemimpin lantas bisa memberikan hukuman disiplin kepada Kepala Instansi yang menjadi bawahannya tersebut, sebagai sebuah bentuk pembinaan secara organisasional, dengan tentunya disertai permintaan maaf kepada masyarakat yang sudah berkeluh kesah diatas, karena belum dapat memenuhi harapan dari masyarakat diatas;
- Seorang Pemimpin juga perlu bersosialisasi dengan Pemimpin lain di luar wilayah kerjanya, untuk membangun kerjasama dan kebersamaan juga dengan para Pemimpin di luar wilayah kerjanya, sekaligus sebagai studi tiru keberhasilan wilayah lain dalam melakukan pembangunan untuk masyarakatnya. Harapannya, bisa meniru dan mengadaptasikan sistem pembangunan di wilayah lain, untuk diterapkan di wilayahnya sendiri, dengan berbagai adaptasi yang sesuai dengan karakter masyarakat di wilayahnya;
- Seorang Pemimpin juga perlu memiliki sifat bijak dalam memutuskan suatu masalah. Misalkan saat seorang Pemimpin menerima laporan tentang tindak indisipliner yang dilakukan salah satu bawahannya. Pemimpin yang bijak akan melakukan cek dan ricek terlebih dahulu tentang kebenaran laporan yang diterima. Setelah memastikan kebenaran informasi yang diterima, Pemimpin yang bijak, dapat memanggil pihak pelapor dan pihak yang dilaporkan secara terpisah, guna diperiksa dan didengarkan kesaksiannya yang berkaitan dengan substansi laporan. Setelah mendengarkan kesaksian kedua belah pihak, maka seorang Pemimpin dapat memutuskan substansi laporan dengan memutuskan langkah yang bersifat win-win solution, berdasarkan aturan yang harus ditegakkan dan dengan pertimbangan kemanusiaan, dan sebagainya. Disinilah faktor intuisi berperan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan oleh seorang Pemimpin. Pemimpin dapat dikategorikan bijak manakala dia bisa memutuskan yang terbaik bagi semua, dengan kombinasi penggunaan intuisi dan wawasan pengetahuan legalitas yang dimiliki.
- Seorang Pemimpin yang baik, juga perlu memiliki sifat dan sikap yang tidak takut terhadap segala bentuk kritik, saran, masukan, makian, hujatan, dan sebagainya. Walaupun kritik yang disampaikan oleh masyarakat itu bersifat tajam, pedas, dan menjatuhkan, idealnya seorang Pemimpin yang baik tetap harus bersikap bisa menerima kritikan dan hujatan itu dengan kepala dingin, tangan terbuka dan legowo. Kritik yang disampaikan oleh masyarakat tersebut, haruslah dapat menjadi masukan dan saran perbaikan bagi seorang Pemimpin, untuk memperbaiki kualitas kepemimpinannya kelak di kemudian hari. Janganlah menganggap kritik dan hujatan tersebut sebagai sarana untuk menjatuhkan seorang Pemimpin, justru semestinya dianggap sebagai sebuah masukan dan saran perbaikan dari masyarakat.
- Pemimpin yang baik juga perlu menyadari bahwa menjadi seorang Pemimpin merupakan amanah dari Tuhan, dalam bentuk dukungan/pilihan masyarakat, sehingga Pemimpin bertanggung jawab penuh kepada seluruh masyarakat, tidak hanya masyarakat yang mendukungnya saja. Jika ada salah seorang warga masyarakat yang meninggal dunia karena kelaparan di suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang Pemimpin, maka kematian warga masyarakat itu menjadi tanggung jawab penuh dunia akhirat, pada diri Pemimpin di wilayah tersebut, yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat oleh Pemimpin saat Pemimpin itu meninggal dunia kelak di kemudian hari.
      Beberapa hal diatas adalah contoh hal-hal yang semestinya dilakukan oleh seorang Pemimpin sesuai dengan nilai kearifan lokal dari Ki Hajar Dewantara, terutama saat kita diberikan kesempatan menjadi seorang Pemimpin. Harapannya kita bisa menjadi pemimpin yang bijak dan dapat diterima serta membangun kebersamaan di tengah-tengah seluruh masyarakat, sebagaimana nilai Ing Madya Mangun Karsa. Semoga. Aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI