Mohon tunggu...
ARI ISWAHYUDI
ARI ISWAHYUDI Mohon Tunggu... Guru - INFULANCER PSIKOLOGI, TEACHER OF SPECIAL NEED STUDENT, AND PARENTING

PSIKOLOGI, EDUCATION,RELIGION,CHILD, LIFE, PARENTING, TRAVELER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Parental Burnout dalam Pengasuhan Anak, Kenali dan Hindari!

10 Oktober 2021   08:55 Diperbarui: 12 Oktober 2021   04:09 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua yang mengalami burnout. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Parental burnout adalah kondisi dimana orang tua merasakan strees atau tekanan dalam proses pengasuhan (parental stress) yang dirasakan secara intens dan berkepanjangan. 

Sehingga terjadi ketidakoptimalan orang tua dalam proses pengasuhan anak. Terdapat beberapa tanda orang tua yang dapat mengalami parental burnout ini yaitu:

  1. Merasakan kelelahan secara fisik dan emosional yang berkepanjangan. Didalam proses pengasuhan anak, seringkali orangtua merasa kewalahan terlebih ketika kondisi anak sedang tidak setabil seperti rewel yang berkepanjangan, tantrum, GTM (gerakan tutup mulut) ketika makan, dan sebagainya. Tentu hal ini dapat menjadikan orang tua harus memutar otak dan berperan lebih ekstra dalam mengasuh anak. Sehingga tak jarang orang tua merasakan lelah secara fisik dan emosinal.
  2. Menurunnya kualitas pengasuhan secara intens sehingga abai dalam memenuhi kebutuhan anak. Terkadang adakalanya sebagai orang tua senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada anak, namun tanpa dipungkiri terkadang pelayanan kita terhadap anak juga dapat menurun. Hal itu bisa dikarenakan banyak faktor baik bersifat internal (diri individu) maupun eksternal(lingkungan), dan ketika kualitas pengasuhan kita menurun otomatis pemenuhan kebutuhan anak akan kurang dan tidak maksimal.
  3. Merasa hampa dan kesepian. Tidak sedikit orangtua terutama seorang ibu yang merasakan perasaan hampa dan merasa kesepian dalam proses pengasuhan. Tentu hal ini bisa terjadi dikarenakan kegitan dalam mengasuh anak yang monoton dan tidak adanya minefulness atau pemaknaan dalam kegiatan pengasuhan.
  4. Muak dengan peran sebagai orangtua. Seringkali orangtua merasakan bahwa peran yang dijalani sangatlah berat, sehingga akan memunculkan sikap ingin melarikan diri dari tanggung jawab sebagai orangtua.
  5. Menunjukkan agresi secara fisik maupun verbal kepada anak. Tentu hal ini sangat berbahaya terhadap anak baik secara fisiknya terlebih lagi pada psikis anak. Dan takjarang hal ini yang akan membuat anak mengalami trauma dimasa kecil atau inerchild.

Ketika orang tua mengalami parental burnout maka kosekuensi yang ditimbulkan dapat merugikan diri sendiri, pasangan dan anak. Kosekuensi yang dialami untuk diri sendiri biasanya berupa merasa bersalah, gangguan tidur, beberapa masalah kesehatan dan munculnya pikiran-pikiran negatif seperti ingin bunuh diri atau mengonsimsi alkohol. 

Konsekuensi untuk pasangan kita adalah meningkatnya konflik dengan pasangan, menurunnya perhatian pasangan dan tugas pasangan dalam pengasuhan menjadi lebih berat. Dan kosekuensi yang diterima anak adalah anak akan beresiko mengalami kekerasan baik secara fisik maupun verbal sehingga berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak dalam pengasuhan akan terabaikan.

Lalu  bagaimana cara mencegah dan mengatasi parental burnout ini ? Berikut ini terdapat beberapa cara guna mencegah dan mengatasi parental burnout ini, yaitu:

  1. Meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan sebagai orangtua. Orangtua yang merasa percaya diri tentu akan membuat dirinya nyaman, senantiasa optimis dalam pengasuhan anak dan senantiasa memaknai setiap aktivitas pengasuhan.
  2. Membekali diri dengan ilmu parenting yang cukup. Sangat penting bagi orangtua untuk terus belajar dan memahami ilmu tentang parenting atau pengasuhan anak. Hal ini akan mempermudah kita dalam mencari solusi ketika anak kita sedang mengalami dinamika perkembangan.
  3. Adanya dukungan dari pasangan, lingkungan keluarga dan teman yang positif. Orangtua akan sangat terbantu ketika dikelilingi dengan lingkungan yang positif. Peran keluarga dan teman sangat dibutuhkan orangtua ketika mengalami kondisi yang buruk terutama dalam pengasuhan anak. Dan cobalah untuk senantiasa terbuka dengan pasangan agar komunikasi tetap teralin dengan baik.
  4. Melakukan kegiatan selain menjadi orangtua. Agar tidak jenuh dengan rutinitas mengasuh anak, maka orangtua perlu mencari kegiatan lain seperti menyalurkan hobi atau berkegiatan positif yang dapat membuat diri menjadi lebih refresh.
  5. Self care. Penting kiranya menjaga dan memenuhi kebutuhan diri kita agar senantiasa senang dan tidak merasa tertekan, terlebih dalam mengasuh anak. Ketika kebutuhan dirikita terpenuhi dengan baik maka dalam proses pengasuhanpun akan menjadi maksimal.
  6. Membuat target yang relistis terhadap anak. Terkadang orang tua terbebani dengan anggapan bahwa anaknya belum bisa ini dan itu. Padahal bisa jadi kita sebagai orangtua tidak faham akan target capaian anak kita. Sehingga menjadikan kita terus menuntut anak untuk bisa ini dan itu, dan pada akhirnya ketika anak melakukan target yang tidak sesuai dengan capaian perkembangannya malah membuat kita stress dan merasa bersalah.
  7. Rutin berolahraga dan bermeditasi. Banyak manfaat yang didapat dari berolahraga selain menjaga kesehatan, berolahraga  juga dapat meningkatan hormon-hormon positif dalam diri kita, sehingga dampaknya akan membuat diri merasa bersemangat dalam mengasuh anak. Selain olahraga, mediasi juga diperlukan sebagai sarana copingstress guna menghilangkan pikiran atau perasan negatif dalam diri dan mengantinya dengan energi yang positif dan menjadikan diri lebih bermakna.
  8. Cari dan terimalah bantuan. Perlu diingat bahwa dalam menghadapi masalah seringkali tidak dapat diselesaikan sendiri, namun memerlukan orang lain. Sama halnya delam mengasuh anak, seringkali kita sebagai orangtua membutuhkan masukan atau saran dari pihak-pihak yang lebih berkompeten seperti psikolog anak maupun dokter perkembangan anak. Untuk itu jangan ragu untuk meminta bantuan kepada pihak-pihak terkait ketika sedang mengalami kesulitan pengasuhan anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun