Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musibah Mina, "Sambil Menyelam Minum Air"

25 September 2015   01:22 Diperbarui: 25 September 2015   01:58 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum kering ingatan kita tentang jatuhnya crane dalam pengerjaan renovasi Masjidil Harom di Mekkah yang memakan korban jiwa, kini muncul lagi berita duka dari Mina tentang kecelakaan yang menewaskan ratusan ribu jemaah meninggal dunia dan terluka pada saat menuju tempat melontar jumrah, tepatnya di street 204. Sebanyak 3 warga negara Indonesia menjadi korban tewas dan 1 kritis dalam musibah yang terjadi di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9/2015). Kepastian jumlah korban tersebut diperoleh langsung dari Wakil Duta Besar RI di Arab Saudi, Sunarko. Sementara itu ada berita lain menyebutkan bahwa street 204 bukan lah jalan yang biasa dipakai oleh jemaah asal Indonesia untuk menuju tempat melontar jumrah.

Wakil Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Sunarko, menginformasikan bahwa lokasi terjadinya musibah bukan jalur biasa yang dilalui jemaah asal Indonesia. Menurut Sunarko, kejadian itu berlokasi di jalan menuju tempat lontar jumrah di antara tenda-tenda di Mina. Kejadian diduga berawal ketika ada sekelompok jemaah yang tiba-tiba berhenti sehingga terjadi penumpukan jemaah yang kemudian saling berdesakan dan ada yang terinjak-injak. Musibah terinjak-injaknya jemaah haji di Mina dilaporkan terjadi sekitar pukul 07.30 waktu Arab Saudi. Saat itu ada rombongan yang tiba-tiba berhenti di jalan. Mereka didesak rombongan lain dari belakang. Akibat berdesakan, lautan jemaah haji terjatuh dan terinjak-injak. Lebih dari 700 orang dilaporkan tewas, termasuk tiga orang jemah haji asal Indonesia. Sebelumnya, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi sudah mengeluarkan larangan kepada jemaah asal Indonesia untuk tidak melontar jumrah aqabah pada pukul 08.00 hingga 10.00 waktu setempat pada 10 Dzulhijjah waktu Arab Saudi atau Kamis (24/9/2015) waktu Indonesia. Kompas.com

Batin saya bertanya-tanya, jika memang street (jalan) 204 itu bukan jalan yang biasa dilalui jemaah asal Indonesia, kenapa ada 4 orang yang ikut menjadi korban. Ini bisa beragam diartikan, pertama mungkin jemaah tersebut berangkat ke Arab Saudi melalui biro travel khusus yang tentu dengan biaya ekstra dari yang biasanya, sehingga mereka menjalankan ibadah haji tanpa harus bersama rombongan haji yang umum. Kedua, ketidakdisiplinan jemaah itu sendiri yang sudah diingatkan untuk tidak melontar jumrah melalui jalan tersebut atau jangan pada jam padat jemaah (antara pkl.08 - 10 waktu Saudi). Ketiga, jika rombongan jemaah Indonesia telah dikoordinir dan dikomandoi resmi oleh ketua-ketua rombongan, tentulah tidak akan berangkat pada jam-jam padat jemaah (karena tidak akan berangkat pada waktu itu).

Terlepas dari itu, atas musibah Mina ini, sudah selayaknya Pemerintah Indonesia harus lebih memperketat penjagaan dan pengawasan para jemaah Indonesia. Memperbanyak tim untuk bertugas di sana adalah pilihan tepat tidak perduli untuk ini harus mengeluarkan cost ekstra. Memaksimalkan fungsi tim sebagai pendamping, penjaga dan pengawas dari para jemaah harus difungsikan betul, karena bukan rahasia umum lagi ketika ada beberapa oknum dalam tim tersebut yang bukannya menjalankan tugas secara optimal, malahan asyik ikut-ikutan beribadah haji sehingga melalaikan tugas utamanya. Memang, tidak ada larangan untuk memanfaatkan istilah 'sambil menyelam minum air', sambil bertugas dalam tim sambil langsung melaksanakan ibadah haji.

Silahkan tanya pada hati nurani tim itu sendiri, hati nurani yang jernih untuk menuju ridho Allah sebagaimana tujuan mulia ibadah haji tersebut. Sebagai manusiawi, bagaimanalah bisa membagi focus perhatian untuk khusuk beribadah sementara terbeban dengan tugas sebagai tim tersebut. Salah satu tentu menjadi korban atau harus dikorbankan. Jika ingin beribadah haji maka fungsi optimal sebagai tim akan memudar, tidak akan sempat siap siaga untuk mengawasi, menjaga dan mendampingi para jemaah haji, karena jika beribadah tentu tidak boleh ada rukun haji yang tertinggal. Maka fungsi sebagai tim harus dipertegas dan diperketat jika memang mau menjadi tim pendampingan ibadah haji bagi para jemaah. Jika ingin beribadah, tidak usah masuk menjadi anggota tim, baik itu tim kesehatan dan sebagainya (belum tau banyak tim apa saja yang ikut karena saya belum pernah berhaji).

Tulisan ini sekedar menganalisa dengan membandingkan cerita teman yang pernah ikut sebagai tim haji dengan kejadian musibah Mina maupun kejadian jatuhnya crane di Masjidil Harom Mekkah yang menimpa jemaah haji Indonesia. Karena saya fikir kejadian musibah ini bisa terjadi kapan saja dan bisa menimpa siapa saja dari jemaah haji Indonesia pada saat ibadah haji di Arab saudi. Andaikata tugas pokok dan fungsi dari tim tersebut dibuat seoptimal mungkin tanpa terkontaminasi dengan istilah sambil menyelam minum air diatas, maka tentulah hal ini akan menjadikan sikap kewaspadaan dan kehatian-hatian tinggi selalu dimiliki oleh tim itu. Walaupun memang musibah itu datangnya dari Allah, tapi ingatlah bahwa Allah tidak akan suka dengan orang yang tidak berhati-hati dan waspada sehingga akan mencelakakan dirinya sendiri.

Semoga bagi jemaah yang meninggal dalam tragedi haji tahun 2015 ini akan mendapatkan tempat yang layak dan SYURGA lah balasannya. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun