Mohon tunggu...
ARFANDI S
ARFANDI S Mohon Tunggu... Hoteliers - mahasiswa

Hi kenalkan saya arfandi. saya adalah mahasiswa politeknik bosowa prodi perhotelan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etos Kerja

21 April 2021   14:38 Diperbarui: 21 April 2021   15:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memberi salam

Salam adalah penanda keramahanm seorang muslim. Memberi salam sama dengan mendoakan para hadirin di majelis ilmu lainnya.

kata Abu Hurairah ra telah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Bila salah seorang kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya.

Tidak Berbisik Berduaan


Ibnu Mas'ud Radhiallaahu Anhu menuturkan: Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam telah bersabda, "Bila kamu tiga orang. maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih." (Muttafaq'alaih)

Duduk di kursi yang Kosong

Jabir bin Samurah telah menuturkan: "Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi SAW maka masing-masing kami duduk di tempat yang masih tersedia di majelis." (HR. Abu Daud). Nabi SAW telah bersabda, "Seseorang tidak boleh memindahkan orang lain dari tempat duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah." (Muttafaq'alaih)

Tidak Banyak Tertawa

Majelis ilmu merupakan tempat kita mencari ilmu dan sudah seharusnya kita tidak banyak berbicara apalagi tertawa. Bahkan Rasul sendiri pernah memperingatkan bahwa tertawa yang berlebihan dapat menyebabkan matinya hati.

Dalam Islam, bergaul dengan sesama manusia diharapkan untuk melakukan hal-hal berikut:

1. Hormati perasaan orang lain, jangan mencoba menghina atau menilai mereka cacat;

2. Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenali karakter dan akhlaq mereka, pergaulilah mereka masing

masing menurut apa yang sepantasnya

3. Mendudukan orang pada kedudukannya dan masing

4. Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaaan mereka

5. Bersikap tawadhu (rendah hati) lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabur dan bersikap angkuh terhadap mereka

6. Bermuka manis dan tersenyumlah bila anda bertemu orang lain; 7. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka

8. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata- matai mereka

9. Maafkanlah kekeliruan mereka, jangan mencari-cari kesalahan mereka, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka

10. Dengarkanlah pembicaraan mereka serta hindarilah perdebatan dan bantah membantah dengan mereka. masing dari mereka diberi hak dan dihargai.

Ketertarikan laki-laki dan perempuan adalah fitrah dan sunnatullah (keniscavaan) sehingga Islam memberi solusi untuk menikah. Dan

mengatur dengan bijak bagaimana seharusnya bergaul Islami Al Quran surat Al Hujarat (49):13 [hal. 517]

Dari ayat di atas kita bisa paham kenapa kita harus bergaul, karena memang Allah menjadikan kita makhluk sosial yang butuhteman,

silahkan saja bergaul tapi ingat yang jadi tolak ukurnya adalah takwa. Ust. Abdul Somad

Pengertian Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap. kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.

Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau berkaitan dengan nilai-baik buruk (moral) sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Etos menyangkut semangat hidup, termasuksemangat bekerja, menuntut ilmupengetahuan dan meningkatkan keterampilan agar dapat membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan. Manusia tidak dapat memperbaiki hidupnya tanpa semangat kerja, pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang pekerjaan yang ditangani.

Istilah 'kerja' dalam Islam bukanlah semata mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam. dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluargadan masyarakat sekelilingnya serta negara. Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya. (QS Al Mu'minun: 1-11) Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi: 'Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar...

Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu, yaitu 'mardatillah' (keridhaan Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan.

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT.

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?," tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad, "Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.

Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka".

sekian ilmu yang bisa saya bagikan kurang lebihnya mohon dimaafkan

waasalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun