Mohon tunggu...
Arezza Noor
Arezza Noor Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengingat Kematian dalam Tafsir Ibnu Katsir

27 Mei 2019   12:51 Diperbarui: 27 Mei 2019   13:05 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kematian, banyak orang ketika mendengar kata ini seolah-olah sesuatu yang sangat menakutkan yang pada kenyataannya mau tidak mau, takut tidak takut pasti kita akan mendapat giliran baik itu belia, muda, tua sekalipun pasti akan merasakan yang namanya mati. Dan kematian ini Subhanallah nda ada seorangpun yang mengetahui kedatangannya, dia datang secara tiba-tiba. Jodoh, rezeki, maut hanya Allah yang tahu. Dunia akan kita tinggalkan di belakang. Dunia hanya sebagai lahan mencari bekal. Alam akhiratlah tempat akhir kita.

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."

Dijelaskan bahwa yakni tidak memberi tangguh kepada seorangpun bila telah datang saat ajalnya. Dan Dia mengetahui terhadap orang yang berkata sejujurnya dalam permintaannya dari kalangan orang-orang yang seandainya dikembalikan niscaya akan mengulangi perbuatan jahat yang sebelumnya, karena itulah Allah berfirman :

"Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al Munafiqun :11)

 Abu Isa At-Turmudzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibn Humaid, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibn Aun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab al Kalabi, dari Ad Dahhak ibn Muzahim, dari ibn Abbas yang mengatakan bahwa barangsiapa yang mempunyai harta yang cukup untuk menghantarkannya sampai ketempat suci guna menunaukan ibadah haji atau mempunyai harta yang telah wajib dizakati lalu dia tidak mengerjakannya, niscaya dia akan meminta untuk dikembalikan hidup kedunia lagi disaat menjelang kematiannya. Maka ada seorang lelaki yang memotong, 'Hai ibn Abbas, bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya orang yang meminta untuk dikembalikan kedunia itu hanyalah orang-orang kafir.'

Maka ibn Abbas menjawab, 'Aku akan membacakan kepadamu hal yang menerangkannya dari Kitabullah,' yaitu firman-Nya : Hai orang-orang yang beriman, jangnlah harta-hartamu dan anak-anak mu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata,' Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menagguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.'(al munafiqun 9-10) sampai dengan firman-Nya : Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al munafiqun 11) lelaki itu bertanya, 'Berapakah jumlah harta yang wajib dizakati?' ibn Abbas menjawab, 'Apabila telah mencapai jumlah dua ratus dirham dan selebihnya. 'Lelaki itu bertanya, 'Lalu apakah yang mewajibkan seseorang harus menunaikan haji?' ibn Abbas menjawab, 'Bila telah mempunyai bekal dan kendaraan.'[1]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan" (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu' dalam shalat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya)." (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani) Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat)." (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani). Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta'ala berfirman,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun