Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hilangnya Burung dan Hewan yang Membawa Kedamaian

18 November 2021   07:41 Diperbarui: 18 November 2021   20:23 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kala padi menjelang panen dulu pohon kelapa penuh sarang burung manyar. Sekarang tak ada lagi. Dokumen pribadi.

Untuk mendapatkannya banyak orang yang menjaring di pohon-pohon saat malam hari. Penjaringan ini lebih banyak untuk dijual sekali pun ada alasan lain karena burung-burung kecil ini dianggap sebagai hama padi.

Dalam kurun sepuluh tahun, burung-burung kecil seperti gelatik dan manyar yang pandai berkicau boleh dikatakan musnah. Ribuan burung manyar yang biasanya membuat sarang di daun pohon-pohon kelapa dan palem serta tebu hampir mustahil ditemukan di desa.

Hilangnya burung-burung tersebut bukan karena dijaring tetapi juga akibat perubahan sistem atau  moderenisasi pertanian yang memperpendek usia tanam padi dan pemakaian pestisida besar-besaran saat revolusi hijau.

Bila sebelum revolusi hijau banyak petani menanam jenis padi bengawan, cempa tomat, lulut, dan pari Jawa yang usianya sekitar enam bulan kini jenis padi lebih banyak usia panen hanya 3 bulan. Sehingga tidak cocok lagi dengan siklus kehidupan burung-burung kecil mulai dari perkawinan, membuat sarang, bertelur, mengerami, dan memberi makan. Saat telur menetas menjadi piyik (anak burung) justru orangtua mereka kehilangan sumber pakan karena padi telah dipanen.

Keadaan seperti ini juga dialami oleh burung-burung lainnya seperti sri gunting, sriti, wallet, kutilang, dan jalak yang menyantap serangga seperti belalang dan sejenisnya. Pemakaian pestisida banyak membunuh serangga bahkan yang masih hidup telah terkontaminasi pestisida sehingga meracuni burung yang menyantapnya. Matilah mereka secara mengenaskan. Jika selamat pun mereka terancam penjaringan untuk dijual.

0 0 0

Bosan dengan perkutut yang mahal, lalu memelihara tekukur dan kutilang. Lalu ganti lagi dengan gagak dan burung hantu bahkan alap-alap. Sedikit demi sedikit burung-burung tersebut pun mulai menghilang dari lingkungan perdesaan.

Manusia yang terus ingin merasakan suasana baru kini beralih ingin memelihara burung-burung kecil seperti kacamata, cimblek, encit, dan sejenisnya. Lihat saja di pasar burung. Mudah sekali menemukannya dengan harga di atas 800 ribu perekor. Burung-burung ini masih sulit ditangkarkan selain didapatkan dengan cara menjebak dengan pulut atau lem dari getah pohon.

Hijaunya alam menjamin ekosistem jika tak ada penangkapan hewan liar. Dokumen pribadi.
Hijaunya alam menjamin ekosistem jika tak ada penangkapan hewan liar. Dokumen pribadi.

Perumahan di tengah kota yang masih rimbun masih banyak burung dan tupai. Dokumen pribadi.
Perumahan di tengah kota yang masih rimbun masih banyak burung dan tupai. Dokumen pribadi.

Pohon palem botol di Jl. Ijen, dulu banyak sarang dan burung manyar. Hilangnya sawah hilang pula burung-burung manyar. Dokumen pribadi.
Pohon palem botol di Jl. Ijen, dulu banyak sarang dan burung manyar. Hilangnya sawah hilang pula burung-burung manyar. Dokumen pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun