Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas tentang Upacara Entas-entas Masyarakat Suku Tengger

7 Agustus 2021   11:03 Diperbarui: 7 Agustus 2021   12:41 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Dukun sedang mendoakan uba rampe atau perbekalan bagi jiwa-jiwa yang akan kembali ke swarga loka. Kenangan Upacara Entas-entas 20 tahun silam. (dokumen pribadi).

Pada masyarakat Suku Tengger ada tiga jenis upacara atau ritual adat yang hingga kini masih melekat erat yakni ritual keluarga, ritual desa, dan ritual bagi seluruh masyarakat Suku Tengger.

Ritual keluarga meliputi mamayu, kelahiran, tugel kuncung, pernikahan, dan entas-entas.

Ritual desa meliputi Karo, Pujan, dan Unan-unan.

Ritual Kasada yang diadakan pada saat purnama di Pura Poten yang ada 300m di sebelah selatan Gunung Batok atau di timur 1 km kawah Gunung Bromo.

Kali ini penulis hanya sekilas menerangkan tentang Upacara Entas-entas.

Masyarakat Suku Tengger mempercayai bahwa manusia yang telah meninggal dunia dalam waktu tertentu masih tinggal di antara sanak keluarganya dalam pengembaraan sebelum menuju swarga loka. Berbedanya ruang dan waktu dengan manusia yang masih hidup maka tidak bisa disebutkan berapa lama jiwa-jiwa ini mengembara dan kapan kembali ke swargaloka.

Keyakinan ada pada masing-masing keluarga, sekiranya merasa bahwa jiwa-jiwa sudah waktunya kembali ke swargaloka maka akan diantar dengan sebuah upacara Entas-entas.

Para pemangku jiwa yang didoakan dalam Upacara Entas-entas. (dokumen pribadi).
Para pemangku jiwa yang didoakan dalam Upacara Entas-entas. (dokumen pribadi).

Entas-entas bisa diadakan sepuluh hari setelah meninggal, bisa juga sebulan, setahun, bahkan lima tahun atau sepuluh tahun setelah meninggal. Penghantaran jiwa-jiwa yang mengembara ini bukan untuk satu dua orang saja tetapi semua sanak keluarga yang sudah meninggal sekali pun sudah pernah dientaskan. Jiwa-jiwa yang akan dihantar ini diberi bekal seperti pakaian, makanan, bahkan kendaraan yang akan menghantar mereka ke swargaloka. Kendaraan ini berupa kambing, sedangkan bekal akan dibawa oleh bebek dan ayam putih yang akan menemani mereka selama perjalanan. Jiwa-jiwa yang akan dihantar dipanggil dan diwakili atau dipangku oleh setiap anggota keluarga. Jika yang meninggal wanita maka pemangkunya wanita dan jika yang dihantar pria maka yang mewakili juga pria. Para pemangku ini akan disebut namanya sesuai dengan jiwa-jiwa yang dihantar. Misalnya Mbah Ukik memangku jiwanya Mbah Kromo maka dalam doa dipanggil Mbah Kromo.

Keluarga berdoa di depan uba rampe bagi leluhur. (dokumen pribadi).
Keluarga berdoa di depan uba rampe bagi leluhur. (dokumen pribadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun