Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Proses Pembuatan Batu Bata Merah

23 November 2020   21:35 Diperbarui: 25 November 2020   10:49 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana wilayah bukit Buring di timur kota Malang yang berupa perkebunan dan hutan rakyat yang hijau siang itu masih terasa sepi, banyak warga setempat terutama di Desa Lesanpuro telah berangkat bekerja. 

Cuaca bulan September yang cukup gerah semakin menambah sepinya suasana. Apalagi tak terdengar kicau burung dan irama daun yang berjoget karena desiran angin. Di salah satu sudut kebun warga di belakang Pura Dwija Warsa sedikit sayup terdengar lagu dangdut dari sebuah radio dan dari balik dedaunan semak tampak dua orang pria muda seperti sedang berjoget menggoyangkan kaki dan pinggulnya. 

Ternyata, sekali pun ikut berdendang lembut mereka bukanlah sedang berjoget tetapi sedang melumat adonan campuran tanah, abu dari daun tebu, dan air untuk bahan baku pembuatan batu bata atau bata merah.

Sebut saja nama mereka, Mas Tusiran dan Mas Djojo, dua orang dari Desa Baran yang telah bekerja sebagai pembuat bata merah selama lebih dari lima tahun. Kali ini mereka mendapat borong kerja dari seorang pemborong bangunan untuk membuat batu bata sebanyak 20 ribu selama bulan September 2020. 

Dari 20 ribu batu bata mereka berdua mendapat honor masing-masing 20% dari jumlah yang dibuat, artinya mereka masing-masing mendapat batu bata sebanyak 4 ribu. 

Jika batu bata per seribu buah harganya 450 ribu maka uang yang mereka terima ketika sudah selesai sejumlah 4 X 450.000 = 1.800.000 rupiah. Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran pedesaan apalagi di masa pandemi ini.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Abu daun tebu. Dokpri
Abu daun tebu. Dokpri
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Berapa keuntungan yang didapat pengusaha batu bata? 

Dibanding dengan pengusaha lainnya ternyata pengusaha batu merah keuntungannya cukup berimbang dengan honor pekerjanya. Sekali pembakaran, sudah menjadi kesepakatan harus berjumlah 20 ribu yang harga jualnya: 20 X 450.000 = 9.000.000 (sembilan juta) Sedang ongkos produksi yang meliputi:

* Ongkos tukang                                             :  3.600.000,-

* Kayu bakar                                                     :     300.000,-

* Abu daun tebu                                              :     200.000,-

* BBM  untuk menyalakan kayu bakar :       50.000,- 

* Membeli tanah sebagai bahan baku  :     900.000,-

Jumlah keseluruhan pengeluaran          :  5.050.000,- (lima juta lima puluh ribu rupiah)

Maka keuntungan yang didapat sebesar 9.000.000 - 5.050.000 = 3.950.000 (tiga juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). 

Tanah sebagai bahan baku sebenarnya bukanlah pembelian secara langsung, tetapi lebih berarti sebagai ganti untung sebesar 20% yang diberikan pengusaha batu merah kepada pemilik lahan yang tanahnya dijadikan bahan baku. 

Ganti untung ini istilahnya melasi dari bahasa Jawa melas yang artinya kasihan. Namun di sini bukan berarti kasihan karena iba tetapi tanda kasih atau ucapan terima kasih.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Proses pembuatan. 

Pengusaha batu bata akan mencari lahan warga yang letaknya cukup tinggi dari permukaan jalan dalam istilah Jawa lemah dhuwur, sehingga jika dibangun sebuah rumah atau bangunan akan menambah beaya untuk membuat plengsengan. 

Jika terjadi kesepakatan, maka dilahan tersebut akan dijadikan tempat pembuatan sekaligus pembakaran batu merah sampai lahan sejajar atau paling tidak terlalu tinggi dari permukaan jalan. 

Tentu saja kesepakatan ini tidak boleh merusak lingkungan sekitar bahkan merugikan warga lainnya. Misalnya, tanah diratakan dengan permukaan jalan namun di sisi lain lahan di sebelahnya ikut tergerus hingga membentuk tebing curam yang sewaktu-waktu bisa longsor. Lihat gambar 10.

Berbahaya karena tergerus pembuatan batu merah. Dokpri
Berbahaya karena tergerus pembuatan batu merah. Dokpri
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Lahan kemudian dicangkul sedikit demi sedikit lalu dicampur dengan air dan abu setengah arang dari daun tebu yang dibakar sebagai penguat sehingga tidak mudah patah jika telah menjadi batu merah. 

Campuran tanah, abu, dan air dilumat menjadi adonan hingga lumer lalu dimasukkan dalam cetakan yang setiap batu merah berukuran 12x28 cm. Setiap cetakan bisa mencetak 6 atau 8 batu merah. Ukuran cetakan setiap daerah selalu berbeda. 

Batu bata mentah yang telah tercetak kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, tetapi jika musim hujan tempat pengeringan akan ditutup dengan atap plastik bening untuk menghindari guyuran langsung yang bisa menghancurkan batu bata mentah. 

Bila sudah cukup kering akan ditata rapi di tepi lahan pengeringan supaya betul-betul kering. Dan tempat penjemuran awal akan digunakan lagi untuk pengeringan hingga jumlah yang akan dibakar sesuai dengan permintaan. 

Selanjutnya batu bata yang kering akan ditata sedemikian rupa dalam bentuk persegi lalu masing-masing sisi diolesi tipis dengan lumpur adonan yang tujuannya agar saat pembakaran, panasnya tidak keluar. Sebab jika keluar maka batu bata tidak akan masak atau matang sepenuhnya sehingga sangat rapuh dan mudah patah bahkan hancur.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Proses selanjutnya adalah pembakaran dengan bahan baku kayu bakar dari kayu sengon atau kayu waru dan sejenisnya. Pembakaran ini memakan waktu empat hari tiga malam tanpa henti. 

Sebelum pembakaran biasanya diadakan kenduri atau paling tidak makan bersama sambil mohon berkat dari Allah Swt agar selama proses pembakaran berjalan lancar dan berhasil.

Selesai kenduri, sesuai dengan tradisi, biasanya di sudut-sudut batu bata yang akan dibakar ditancapkan sebuah lombok atau cabe merah agar panasnya api sepedas atau sepanas cabai merah sehingga batu bata betul-betul matang dan semerah cabe.

Lima hari setelah pembakaran, batu bata dibongkar dan siap dikirim. Sedangkan batu bata yang kurang matang disisihkan kelak akan dibakar lagi pada pembakaran selanjutnya. 

Bata bata yang kurang matang biasanya yang berada di tepi di mana panas pembakaran sudah berkurang. Batu bata yang kurang matang ini warnanya bercampur antara hitam dan merah. 

Saat pembokaran bagian tepi yang kurang matang ini harus hati-hati supaya tidak patah sehingga dapat dibakar lagi dan tentunya mengurangi resiko kerugian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun