Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Hoaks! Tidak Ada Demo, Pak!

22 Februari 2020   14:27 Diperbarui: 22 Februari 2020   14:40 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa, sepulang sekolah setiap hari ada beberapa guru yang bertugas piket mengawasi para siswa yang masih di sekolah menunggu dijemput. Ada pula siswa yang belum pulang bukan karena menunggu jemputan tetapi karena orangtuanya (terutama para ibu) yang sudah menjemput tidak mau segera pulang dengan alasan ingin berbincang dulu dengan ibu yang lain.

Ada saja yang dibicarakan, mulai membicarakan guru putra-putrinya, bisnisnya, sinetron, bahkan arisan, juga ngrasani orangtua murid yang lain. Lalu mereka saling menginfokan kepada kami jika Si A begini, Si B begitu, dan Si C begini begitu. Tentu saja sebagai guru kami hanya mendengarkan sambil manggut-manggut tapi bukan berarti mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan mereka. Salah dengar, salah tanggap, salah bicara sangat berbahaya. Angin berhembus segar bisa jadi badai yang berbahaya.

Suatu siang di akhir pekan, beberapa ibu-ibu tampak berbincang di ruang tunggu sebelah pos satpam dengan salah satu guru yang juga menunggu dijemput suaminya. Rupanya Bu Guru ini lupa kalau hari itu ada satu kegiatan promosi yang harus diikuti. Memang tidak dipungkiri jika sekolah sering jadi ajang promosi mulai dari alat rumahtangga dan memasak, pakaian, make up, asuransi, dealer mobil, kacamata, bahkan makanan siap saji hingga MLM. Secara halus kami tolak selalu ada alasan dengan kata-kata halus dan senyum manis yang sulit kami elakkan.

Kali ini, akan ada demo memasak dengan memakai panci merk xxx seharga sekian ratus ribu per set. Rupanya ada beberapa guru yang tak tertarik lalu diam-diam mau pulang dengan cara duduk-duduk dulu di ruang tunggu sambil omong-omong dengan orangtua murid. Berhubung acara segera dimulai saya terpaksa memanggil mereka yang piket di halaman. Salah satunya yang sedang berbincang dengan orangtua murid tersebut. Dengan santai saya memberitahu," Ee...jangan pulang dulu ada demo..."

"Oh iya...," jawabnya lalu berjalan kembali masuk ke salah satu ruangan meninggalkan tiga orangtua yang tampak kebingungan.
Berhubung tidak tertarik, di tengah acara demo, sekitar setengah jam setelah dimulai saya keluar dan mengawasi para petugas lapangan membersihkan halaman. Tampak lima ibu masih duduk di ruang tunggu padahal sebelumnya hanya ada tiga. Saat saya mendatangi mereka, salah satu langsung berkata, "Pak...mbok ya jangan membuat berita hoax!"

"Hoax apa Bu...?" jawabku bengong.

"Tadi Bapak bilang jangan pulang dulu karena ada demo! Jadi kami ga berani pulang. Ternyata kata polantas itu tak ada demo... Terlanjur saya tanya Cik Melan yang langsung ke sini," katanya dengan sedikit cemberut sambil menunjuk ke arah seorang temannya dan seorang Polantas yang biasa bertugas melayani kami.

"Walaaaa Bu...bukan demonstrasi di depan balaikota tapi demo orang promosi panci di bangsal," kataku dengan sedikit senyuman. Sang polantas dan satpam yang mendengar pun ikut tersenyum.

Mendengar jawaban saya, salah satu ibu yang tadi mendengar lalu menceritakan pada yang lain wajahnya langsung tampak kecut, sedang yang mendapat cerita kemudian datang berniat melabrak saya langsung terkekeh.

Sekolah kami memang hanya beberapa ratus meter dari pusat kota tempat di mana sering digunakan untuk unjuk rasa yang kadang membuat takut bagi sebagian orang.

Kita sering mendengar suatu berita yang sebenarnya bukan ditujukan pada kita, namun sering kita terjebak seakan kita diajak bicara lalu salah persepsi dan menanggapi dengan sedikit prasangka buruk maka yang terjadi adalah kesalahpahaman.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun