Tali dan tiang yang melintang di jalan gang.
Suatu saat, jika berlibur ke Klaten dan memasuki Desa Sumber Lor daerah Jombor pada pagi hari perjalanan kita akan sedikit ‘terhalang’ dengan tali-tali putih polyester yang melintang 2,5 m di atas jalan. Bagi yang belum mengetahui pasti menganggap sebagai tiang dan tali jemuran pakaian bahkan kabel listrik. Sehingga kita ragu menyingkirkan karena kuatir ditegur pemilik atau tersengat listrik. Jangan kuatir memegang lalu menaikkan agar mobil kita tidak tersangkut. Itu adalah tali polyester yang merupakan usaha atau industri rumah tangga di sana.
Desa Sumber Lor merupakan pusat industri rumah tangga yang cukup berbeda dari yang lain, yakni usaha pemintalan atau pemilinan tali dan benang dari bahan polyester. Polyester yang dimaksud adalah polyester sisa-sisa dari pabrik tekstil besar dan bahkan dari kain atau tekstil yang tidak terpakai.
Usaha pemintalanatau pemilinan menghasilan di antaranya adalah tali untuk Pramuka dan tiang bendera, benang besar ( Jawa: benang bol ), tali jangkar dan layar, serta sumbu kompor. Untuk yang terakhir sudah tidak diproduksi karena kompor minyak tanah sudah jarang dipakai.
Sejak kapan usaha ini dilakukan, warag setempat banyak yang kurang mengetahui dengan jelas. Mereka hanya mengetahui bahwa sejak jaman (penjajahan) Jepang sudah ada. Apakah waktu itu sudah menggunakan bahan polyester atau berbahan lain seperti kapas dan rami juga tidak ada yang tahu.
Proses pembuatan benang besar.
Polyester dibeli oleh warga setempat dari pengepul yang mendapat dari pabrik tekstil di Jakarta dengan harga antara Rp 16.000 -17.000 per kg. Warga kemudian mengolah menjadi tali dan benang yang kemudian dijual kepada pedagang (warga setempat) dengan harga sekitar Rp 25.000 – 27.000 per kg. Berarti setiap pemintalatau warga yang memproduki memperoleh keuntungan antara Rp 9.000 – 10.000 pr kg.
Sehari, setiap keluarga yang bekerja antara jam 4.30 sampai dengan jam 11 siang bisa memproduksi sekitar 5 – 7 kg. Berarti keuntungan yang diperoleh bisa mencapai antara Rp 45.000 – 70.000. Jumlah keuntungan yang ‘cukup’ namun perlu ditingkatkan demi kesejahteraan warga yang selama ini hanya mengandalkan usaha tersebut untuk perekonomian keluarga.
Pemintalan atau pemilinan dimulai pada 4.30 setelah sholat subuh. Dan diakhiri jam 11.00, karena setelah itu dilakukan pemotongan dan penggulungan sesuai dengan panjang permintaan. Sedangkan pengepakan dilakukan oleh pedagang besar atau pengepul, selanjutnya dikirim atau dijual ke kota-kota besar.
Karena usaha ini merupakan industri rumah tangga yang pelaksanaannya lebih banyak dilakukan di luar rumah, yakni di kebun belakang rumah maupun di pinggir jalan perkampungan, maka bila gerimis turun apalagi hujan produksi akan dihentikan. Sebab air hujan akan menyebabkan tali menjadi basah dan berjamur. Jika ini terjadi, pengepul tidak mau membeli!!
Proses pembuatan tali.
[caption id="attachment_217243" align="aligncenter" width="459" caption="Setelah dipilin, tiga satuan benang dijadikan satu dengan alat yang disebut congkok. Caranya cukup sederhana, dengan hanya menaruh tiap satuan di sela-sela jari congkok dan ditarik dengan berjalan kaki sepanjang 100m."]