Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penampilan Wadyabala Kanjuruhan dan Singosari di Festival Kirab Budaya Malang

31 Agustus 2014   01:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1409397658798658627
1409397658798658627

Ada dua kerajaan yang berjaya di Malang di masa lampau, Kerajaan Kanjuruhan dengan Gajayana sebagai rajanya yang bijaksanadan Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Angrok setelah melepaskan diri dari hegemoni Kediri.

Dua kerajaan inilah yang sedikit banyak mempengaruhi seni dan budaya Malang sebagai kota yang terus berkembang mencari jatidiri sebenarnya sambil melangkah ke depan tanpa meninggalkan seni budaya dan kearifan lokal yang masih melekat di hati warganya.

Kisah tentang Kerajaan Kanjuruhan yang berdiri pada abad 8 – 9 harus diakui banyak warganya yang kurang mengenal. Sekalipun Kanjuruhan telah dijadikan sebuah nama stadion di Kabupaten Malang dan Gajayana sebagai rajanya, diabadikan juga sebagai nama stadion di Kota Malang. Warga Malang cenderung lebih mengenal tentang Ken Angrok dan Kendedes sebagai ikon kisah percintaan di Malang.

14093975801113082582
14093975801113082582

1409397693750499934
1409397693750499934

14093980381895069620
14093980381895069620

Kisah dan perjalanan hidup seorang begundal kecil dan licik namun berhasil mendirikan dan menjadi raja Singasari merupakan kisah kepahlawanan Ken Angrok yang tak pernah lepas dari cerita turun temurun bagi warga Malang. Apalagi kisah Ken Angrok dibumbui dengan petualangan asamaranya bersama Ken Dedes yang telah menjadi istri Akuwu Tumapel, yakni Tunggul Ametung. Kisah ini semakin menarik dengan kutukan Empu Gandring yang telah dipecundangi Ken Angrok dengan keris buatannya sendiri. Kutukan yang telah memakan tujuh turunan dari Singasari ini semakin menjadi daya tarik tersendiri akan sejarah panjang kota Malang.

14093976141104952510
14093976141104952510

14093977251261705771
14093977251261705771

1409397944598803951
1409397944598803951

140939800058053974
140939800058053974

Pemerintah daerah dan warga serta para tokoh Malang setiap saat senantiasa berusaha menggali dan mempertahankan budaya dan kearifan lokal yang ada. Seperti yang dilakukan pada Sabtu, 30 Agustus 2014 ini, diadakan pawai budaya dan pendidikan dalam bentuk Festival Kirab Budaya. Pawai yang diadakan dalam rangka hari ulangtahun ke 69 kemerdekaan negara kita ini berlangsung meriah dan tertib. Jumlah peserta yang tak lebih dari seratus regu yang mewakili kelurahan, dinas pendidikan, dinas pariwisata, dan beberapa BUMD lebih semarak dan menunjukkan Malang Kota Bunga ( Makobu ), kota pariwisata, dan kota pendidikan daripada pawai ataupun festival yang pernah diadakan sebelumnya. Penampilan para duta wisata yakni Kakang dan Mbakyu dengan berpakaian gaya Ken Angrok dan Ken Dedes serta didukung oleh sebuah kelompok pemerhati kesenian dan budaya Malang yang menampilkan wadyabala Singasari lengkap dengan kereta dan para hulubalangnya menjadi daya tarik bagi penonton serta wisatawan mancanegara yang melihat secara langsung.

Penampilan peserta yang menunjukkan kebudayaan dan pakaian daerah lain dari Nusantara serta pakaian adat negara manca semakin menambah daya tarik Festival Kirab Budaya Kota Malang.

1409397774194491974
1409397774194491974

14093978042055042673
14093978042055042673

14093978371813333954
14093978371813333954

14093978731256561443
14093978731256561443

14093979101417014811
14093979101417014811

14093980781748215751
14093980781748215751

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun