Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Simpan Pokok Makan Bunga

26 April 2019   23:38 Diperbarui: 27 April 2019   10:32 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggadai helmt, Kartu Tanda Penduduk yang proses pengurusannya berbulan bahkan bertahun bahkan sempat dikorupsi, sampai gadai gawai adalah kewajiban. Kalau tak mau ditinggalkan gebetan, setelah lama menunggu. Atau pacar diambil orang karena tak punya modal. 

Mungkin juga, lupa dompet atau gawai sementara harus menghadiri wawancara terakhir pekerjaan yang baru didapatkan setelah sogok sana sini, atau ada 'orang dalam' keluarga sahabat kenalan atau dengan idealisme membakar. Sebotol bensin itu nyawa.

Saat itu, kita akui bahwa pedagang kaki lima adalah manusia paling bermurah hati. Tanpa pandang kelas apalagi buluh. Musuhnya Polisi Pamong Praja yang cenderung main gusur sana sini. Lain halnya, para emak dan aba yang siap sedia 24 jam itu sering mematok harga dagangannya tergantung waktu; beda harga jualan malam dan siang.

Kedua, menolong atau ditolong pengendara motor saat lagi butuh tumpangan gratis. Tesis bahwa jalanan dunia keras, bisa dipatahkan argumennya ketika bersua haru biru kisah jalanan. Pada perjalanan sepulang konsultasi skripsi. Tengah hari bolong. Kering kerontang. Panas matahari buat didih. Keringat mengucur melalui sela sela rambut tebal-kaki tangan. Paduan suara kantung tengah merdu berkumandang. 

Tetiba, lewat di samping seorang pengendara kendaraan bermotor baik hati lagi lucu. Muka sangar hati bingar, tawarkan tumpangan. Mengantar sampai ke tujuan dengan selamat sentosa menyelamatkan salah satu anak manusia yang dilanda badai kelaparan. 

Sejak pagi hanya ditopang segelas kopi pahit sepahit hidupnya; skripsi yang terus diperbaiki dan diperbaiki lagi. Memang, lebih mudah menaklukan hati pujaan jati dari pada hati dosen pembimbing yang tak ada hati.

Ketiga, tersesat di daerah baru dan ditawari makanan minuman ala kadarnya. Ajibnya, muncul dalam meja jamuan luar biasa nikmatnya. Apalagi gratis. Ayam yang baru saja bertengger genapi mimpi buruknya semalam. Jadi santapan tamu tak dikenal. Begitulah kekerabatan. Perasaan senasib sepenanggungan. Hingga kini, masih hidup damai. Mengurat akar di pedesaan pedesaan di wilayah Nusa Tenggara Timur. 

Meski televisi sajikan sinetron yang membuat mama mama siap sedia bertaktah depan televisi. Geliat politik jadi santapan bapak bapak, friksi politis jadi cair ketika bertemu orang baru. Tamu adalah berkat. Tidak peduli, siapa-apa-partai, caleg atau presiden pilihanmu.

Keempat, berbagi hotspot seluler. Wujud kiamat masa kini: saat lagi seru serunya chatingan dengan pujaan hati yang mungkin akan berpindah hati, dengan gebetan yang lagi semangat 45 dikejar, atau kangen kangenan pada kekasih nun jauh di sana. Paketan data kritis. Sekarat.

Tanda centang satu pada aplikasi whatsapp, munculkan pertanyaan. Sedang apa? Bersama siapa? Berbuat apa? Demikian rentetan pertanyaan yang muncul. Kecamuk di dada. Teman yang berbagi paketan data seketika dinobatkan jadi sahabat terbaik. Puja pujian berhamburan. Sampai lupa memuji kekasih. Begitulah liku lika simpan pokok makan bunga. Berbagi. Kapan pun. Dimana pun. Itulah kata kuncinya. 

Dari istilah simpan pokok makan bunga, saya menarik pelajaran; Apa yang saya saya tabur hari ini. Mungkin kecil. Tak berfaedah. Lumrah. Garing. Tawar. Tiada menarik. Siapa sangka, dalam amuk badai kehidupan di hari lainnya. Benih yang saya taburkan beroleh upahnya melalui tangan orang lain. Apakah mereka tangan tangan tak kelihatan? Perpanjangan tangan dari tangan yang telah berjumpa dalam logika simpan pokok makan? Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun