Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memutuskan Putusan, Memilih Pilihan (Pembacaan atas Karya Albert Camus "Sang Pemberontak")

20 Januari 2019   13:15 Diperbarui: 20 Januari 2019   14:47 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: theguardian.com

Akhir pekan di tepian pantai Aljiers membawa petaka. Inilah awal dari konflik yang menjadi klimaks dalam The Outsider. Pada bab terakhir bagian pertama, Camus menutupnya dengan perkelahian antara Raymond dan Mersaulut melawan dua orang Arab yang membuntuti mereka sejak di Aljiers. Pertentangan ini berujung pada kematian orang arab itu. Lagi-lagi, camus menempatkan kematian sebagai awal dan akhir dalam bagian pertama dari karyanya The Outsider. 

Menarik untuk disimak, kematian dijadikannya sebagai pembuka cerita yang menarik rasa penasaran pembaca untuk terus mengikuti jalannya cerita dan pada bagian akhir cerita pula ditempatkannya kematian sebagai klimaks demi membuka pintu menuju pembacaan lebih lanjut pada bagian kedua dari cerita ini.

Kebebasan mutlak antara manusia yang satu dengan yang lainnya merupakan gagasan yang ingin dikembangkan Camus dalam roman ini. Kebebasan ini dapat teraktualisasi bila setiap subjek mampu memutuskan putusan yang tepat demi memilih pilihan yang benar. Manusia pada dasarnya bebas untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya. Namun, ketika berhadapan dengan ada yang lain, kebebasan ini harus sedikit dikekang agar tidak menghalangi kebebasan pilihan orang lain.

Manusia dengan kebebasannya harus menjadi manusia yang otentik. Pandangan Eksistensialisme Camus ini sama dengan Sarte, mereka bertolak dari kritik Nietzsche yang ingin menjungkirbalikkan tatanan nilai dan mengembalikan manusia pada keasliannya. Namun, dalam pandangan tentang kebebasan Camus bersebrangan dengan Sarte; sahabatnya, yang melihat orang lain sebagai ancaman atas kebebasan dirinya.

Dalam The Outsider dapat dilihat kepiawaian Camus dalam mengolah pengalaman tokoh Mersaulut dan tokoh lainnya menjadi suatu kemasan cerita yang runut dan kompatibel. Apa yang telah dan sedang terjadi dikupasnya secara tajam dengan pisau metafora yang menarik. Camus menempatkan Mersaulut sebagai tokoh yang selalu menalari fenomen hasil tangkapan indranya. 

Setiap objek dilukiskan dengan cukup detail sehingga menuntut ketelitian dalam mengikuti alur ceritanya. The Outsider- nya Camus tampil mengesankan dengan tidak melewatkan bagian-bagian terkecil yang biasanya luput dari perhatian. Hampir setiap inci tubuh dan gerakannya serta apa yang terjadi di sekitarnya dilukiskannya dengan seksama. Seperti dalam kutipan dari halaman 76 berikut ini:

Pantai masih sama menyilaukan. Ombak-ombak kecil berdebur tanpa henti menerpa pasir sementara laut yang tercekik megap-megap. Aku berjalan pelan menuju karang. Bisa kurasakan dahiku berkeringat di bawah terik matahari. Panas begitu menyengat...tiap kali ku merasakan panasnya di wajah, kukertakan gigi.. merenggangkan seluruh badan melawan sinar matahari dan hawa panas yang menamparku..

 Camus menempatkan Mersaulut sebagai pria yang fenomologis, yang mengamati apa yang tampak padanya kemudian menalarinya dalam akal. Objek hasil tangkapan indra itu, diindrai, kemudian dihasilkanlah konsep konsep yang mengalir dalam alur-alur cerita dalam The Outsider. Setiap objek mempunyai nilai secara in se , hingga butuh penjelasan atas objek tersebut. Itulah yang ingin dikedepankan Camus dalam The Outsider_nya.

Bagian kedua The Outsider, dimulai dengan penangkapan Mersaulut atas tuduhan membunuh orang Arab tadi. Mersaulut dijebloskan dalam penjara dan harus menempuh proses panjang sebelum diadili. Camus menaruh pandangan kebebasannya dalam mulut Mersaulut yang tidak menanggapi peristiwa kematian ibunya sebagai sesuatu yang luar biasa; determinasi atas kepribadiannya. Kematian dipahaminya sebagai kepastian yang wajar saja terjadi atas semua orang. Kehilangan orang tercinta itu suatu kedukaan tapi kedukaan itu tak boleh membuat orang larut di dalam perasaan kehilangan.

Camus menggambarkan bagaimana dalam bagian kedua ini: hakim dan pengacara yang memeriksa Mersaulut mengambil kesimpulan bahwa peristiwa kematian ibunya dan peristiwa pembunuhan orang Arab itu memiliki relevansi dengan pribadi Mersaulut. Mersaulut disimpulkan punya masalah dengan kepribadiannya sehingga tidak menaruh respek atas kematian ibunya hingga berujung pada pembunuhan orang Arab itu yang dipandang Mersaulut sebagai bukan apa-apa. 

Pada bagian ini juga Camus menampilkan pandangan ketuhanannya yang ateistik. Ia mengagungkan kebebasan sampai pada taraf radikal; kebebasannya tidak berhubungan dengan Tuhan hingga kesadaran akan adanya sesuatu yang melampaui segala sesuatu tidak ada dalam kamus hidupnya Camus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun