Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

3 Buku yang Harus Dibaca Sebelum Pilpres 2024

20 Januari 2021   17:28 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:45 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 3 buku yang harus dibaca untuk bekal nih sebelum Pilpres 2024, emang apa aja ya? (theepochtimes.com)

Ramai berita tentang Mbak You terkait ramalan lengsernya Pak Jokowi sebagai presiden. Meski diklarifikasi kembali, bahwa Pak Jokowi akan turun dari tahtanya pada Tahun 2024.

Ealah, gimana sih, semua orang sudah tahu kalau itu, hehe. 

Gegara berita ini, saya ingin berbagi buku bacaan yang mungkin relevan nih, sebelum kita berjalan menuju Pilpres 2024.

Kita tahu sendiri, Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 menimbulkan banyak konflik mulai dari media sosial sampai di jalanan yang berujung demonstrasi. 

Terjadi perpecahan dan narasi yang tidak sehat dan menjelek-jelekan antara satu sama lain. Yang malah membuat pertengkaran, saling membenci dan sampai memutus hubungan pertemanan dan saudara karena hal tsb. 

Nah gimana ya biar Pemilu atau Pilpres kedepannya bisa sehat gitu? Demi menjaga pancasila dan demokrasi, mungkin rekomendasi bacaan ini bisa bermanfaat buat teman-teman. 

1. Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan

Sumber: Ebooks Gramedia
Sumber: Ebooks Gramedia

Buku ini ditulis oleh Ahmed T. Kuru, seorang profesor ilmu politik dan direktur dari Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University. Dalam buku ini dijelaskan tentang kenapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim banyak mengalami ketertinggalan daripada negara Eropa, baik dari segi sosio ekonomi dan ilmu pengetahuan. 

Padahal saat abad ke 8 - 12 setidaknya negara Muslim saat itu memiliki peradaban yang maju loh dibandingkan negara-negara Eropa yang sedang mandek. 

Apakah Islam penyebabnya? No. 

Apakah kolonialisasi atau penjajahan dari negara barat yang menjadi sumbernya? No. 

Penyebabnya terlihat dari hubungannya antara agama, politik, intelektual dan ekonomi. 

Buku ini menjawab bahwa bukan Islam lah yang membuat negara-negara Muslim menjadi tertinggal dari peradaban Eropa Barat. 

Pada Abad ke 8 sampai pertengahan abad ke 11 ahli agama dan ulama menjaga jarak dari dunia politik, sehingga terjadi dinamisme antara kaum borjuasi, cendikiawan, filsuf dan seniman pada zaman itu untuk berkreativitas. 

Penerjemahan literasi filsafat Yunani ke bahasa Arab, membuat perkembangan ilmu pengetahuan serta ekonomi dunia Muslim semakin maju. 

Justru penyebabnya adalah saat terjadi sentralisasi antara ahli agama, ulama yang mendekat ke otoritas politik negara. Cakupan agama yang semakin eksklusif, sempit dan ketat, pemerintahan yang otoriter dan militeristik, serta invasi Mongol dan Tentara Salib pada saat itu membuat persekutuan ahli agama- ulama dan negara semakin kuat. 

Saat peradaban Muslim berfokus pada militeristik dan mengalami kemandekan literasi, di saat yang sama terlepasnya ikatan antara gereja dan negara di Eropa Barat, menuntun mereka (Eropa Barat) ke zaman pencerahan dan revolusi. Kaum borjuasi dan cendekiawan fokus pada industri, ilmu pengetahuan serta percetakan literasi. 

Di sinilah peradaban Muslim mengalami ketertinggalan dan kesenjangan literasi dengan Eropa selama berabad-abad yang mengakibatkan perkembangan ekonomi dan ilmu pengetahuan tidak semaju Eropa Barat. 

Dengan data ilmiah yang sangat kaya dan menghubungkan antara sejarah peradaban negara Muslim serta relevansinya dengan politik di dunia Muslim saat ini, membuat buku ini layak dibaca. 

2. The Righteous Mind

Sumber: Ebooks Gramedia
Sumber: Ebooks Gramedia

Buku ini membahas tentang psikologi moral manusia, dan menjelaskan sebenarnya tidak ada orang yang pasti baik dan pasti buruk di dunia ini. Meskipun terpecah belah antara politik dan agama. 

Dan sangat normal sekali jika manusia keras kepala dalam menasihati orang lain, karena memang itu sudah hakikatnya. 

Dengan memahami sifat moral manusia yang intuitif dan tidak rasional. Jonathan Haidt,ahli psikologi moral memaparkan bahwa narasi kepentingan dan perbedaan antara satu kelompok dengan yang lain berpotensi membuat masyarakat semakin terpolarisasi dan berkonflik. 

Beliau mengajak pembaca untuk lebih fokus pada persamaan daripada perbedaan dan menyadari bahwa semua manusia menghadapi permasalahan dunia yang sama. 

Daripada berfokus pada perdebatan ideologis politik dan moral agama yang tidak akan ada habisnya lebih baik bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang ada di depan mata. 

3. Bagaimana Demokrasi Mati

Sumber: Ebooks Gramedia
Sumber: Ebooks Gramedia

Buku ini menjadi viral dan ramai dibicarakan karena postingan Anies Baswedan di media sosial. Terlepas dari postingannya yang menggambarkan pemerintahan saat ini atau tidak, buku "Bagaimana Demokrasi Mati" sangat layak dibaca semua orang sebelum pemilu atau pilihan presiden. 

Berkaca dari fenomena Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 di Indonesia serta terpilihnya Trump sebagai presiden Amerika Serikat, buku ini memberikan sejarah bagaimana era diktator dan otoriter lahir di berbagai negara.

Pihak yang menggunakan narasi populisme, narasi yang memecah belah, mengahasut, menggunakan politik identitas, anti asing, menggunakan kelompok mayoritas (etnis, ras, agama) ekstrimis sebagai senjata dan tameng partai politik dan calonnya, merupakan beberapa ciri yang patut diwaspadai untuk menjaga demokrasi tidak mengalami kemunduran. Dan partai politik merupakan gerbang pertama dalam menjaga keutuhan demokrasi sebuah negara. 

Sangat berbahaya jika pihak dari salah satu pasangan calon yang melakukan narasi-narasi seperti itu terpilih menjadi pemimpin negara. Karena pasti ada kecenderungan untuk otoriter dan merusak aturan main bersama dalam sebuah negara demokrasi. 

Levitsky dan Ziblatt, menawarkan solusi untuk melihat pesaing politik bukan sebagai musuh. Karena jika dianggap sebagai musuh, ketakutan pesaing akan menang akan muncul. Hal ini akan membuat pihaknya menghalalkan segala cara untuk menang, bahkan menggunakan praktik negatif, berita bohong bahkan kekerasan.

Buku ini menjelaskan bahwa kunci untuk menjaga demokrasi adalah menjujung tinggi toleransi dan kesabaran akan pengendalian diri.

*** 

Kenapa menurut saya ketiga buku tersebut penting dibaca? Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Buku "Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan" mengajarkan bagaimana agar masyarakat kita mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan ekonomi seperti negara Eropa Barat dengan melihat sejarah kemajuan dan ketertinggalan negara Muslim yang terjadi sebelumnya yang sebabnya berasal dari satu hal yang sama, yakni politik. 

Kedua, Indonesia adalah negara yang berlandaskan pancasila. Negara Indonesia kaya akan keragaman masyarakatnya, mulai dari suku, etnis, ras, budaya sampai agama. Dengan membaca buku "The Righteous Mind" kita bisa memahami perbedaan pandangan moral dan ideologi, mengedepankan dialog untuk saling memahami, menunjukkan persamaan dan menyadari bahwa masyarakat Indonesia menghadapi masalah yang sama meski berbeda pandangan politik dan agama, sehingga apa gunanya berdebat moral dan ideologi yang tidak akan ada habisnya? 

Ketiga, Indonesia adalah negara demokrasi. Buku "Bagaimana Demokrasi Mati" memberi pelajaran berharga bagi masyarakat agar menjaga demokrasi tetap utuh. Mengedepankan toleransi, dan mencegah matinya demokrasi dari dalam serta mendeteksi oknum yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia. 

Jujur, saya tidak ingin mengalami lagi saat-saat Pemilu dan Pilpres yang penuh caci maki, saling benci, bertengkar. Sungguh, gak sehat. 

Semoga saat Pilpres, masyarakat lebih fokus pada visi, misi, program, rekam jejak, dan kompetensi. Bukan narasi orang baik dan orang jahat yang menurut saya sudah basi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun