Pada modifikasi perilaku manusia, penyimpangan perilaku tertentu bisa ditangani melalui hal-hal tersebut.
Dalam fase perkembangan remaja (baik awal maupun akhir/usia sekolah) dinilai merupakan usia yang baik untuk memberikan treatment dalam hal ini reduksi ataupun pengendalian perilaku malas mereka.Â
Ingat, sifat atau kepribadian genetik sulit diubah, namun bisa dikurangi dan dikendalikan. Semakin cepat semakin baik.Â
Lalu bagaimana yang sifat malasnya sudah akut kronis? Bahkan sudah mencapai fase dewasa?Â
Mengutip Dr. Joe Dispenza, manusia akan sulit berubah ketika sudah menginjak usia 35 tahun. Karena badan dan kebiasaan masa lalu sudah menjadi "pusat kendali" dari individu, sehingga sekeras apapun hati dan jiwa berteriak ingin berubah untuk melakukan kebiasaan baru, akan terasa sulit dalam praktiknya.Â
Terjadi kegagalan berkali-kali dalam membangun kebiasaan baru. Sehingga tidak konsisten dan tidak akan pernah membawa hasil.Â
Butuh usaha ekstra agar manusia dewasa mengubah sifat mereka, terutama sifat bawaan. Salah satu dosen psikologi saya pernah mengatakan, faktor pengalaman yang bermakna dan mengguncangkan seseorang bisa sangat berperan untuk mengubah pribadi seseorang.Â
Semisal pengalaman sakit berat seperti diabetes atau stroke. Mereka yang dulunya enggan untuk makan sayur dan buah serta olahraga, lama-kelamaan akan merasa pentingnya membangun kebiasaan tersebut.Â
Pengalaman mendapatkan nilai jelek atau bahkan tidak naik kelas, bisa menjadi dasar seseorang untuk belajar lebih giat, atau berusaha lebih keras mencari jalan lain agar menjadi orang yang lebih sukses.
Jika sifat malas ini malah menjadi bibit yang selalu disiram alias dibiasakan, maka ini akan membawa beberapa dampak buruk bagi kehidupan individu.Â
1. Penundaan Tanggung Jawab
Enggan mengemban tanggung jawab sesuai dengan usia. Tidak ingin bertumbuh, tidak ingin menjadi lebih baik atau tidak ingin menjadi dewasa, menghindari stresor atau tugasnya sesuai dengan perkembangan usia.Â