Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Burnout pada Konten Kreator, Tanda Lelah dan Butuh Rehat?

27 Mei 2020   23:49 Diperbarui: 28 Mei 2020   12:46 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi content creator (Sumber: timesofmalta.com)

Menemukan ide baru, untuk seorang konten kreator membuat hal yang baru adalah suatu "kewajiban" secara tidak langsung. 

Dengan adanya sesuatu yang baru akan membuat para pengikut ataupun penggemar merasa menemukan sesuatu "segar" yang membuat mereka menunggu konten-konten selanjutnya dari para konten kreator.

Buruknya adalah ketika mereka berada dalam kondisi "buntu" untuk menemukan ide baru serta adanya perasaan "tanggung jawab" untuk menemukannya dan menyelesaikannya secepat mungkin. Apalagi dengan dikejarnya "deadline", membuat para konten kreator merasa jenuh dan lelah, untuk meneruskan membuat konten setiap harinya.

Yang terakhir adalah, mengalami pengalaman atau peristiwa buruk. Hal ini bisa apa saja, seperti ketika menjadi orangtua, lelah saat mengasuh dan akhirnya mempengaruhi psikis terutama perasaan dan pikiran saat bekerja. 

Adanya konflik di lingkungan sosial, baik itu pertemanan, rekan kerja, pernikahan maupun hubungan romantis yang lain. Dan pengalaman ataupun peristiwa buruk lain yang dimaknai oleh seseorang sebagai "beban yang sangat berat" akhirnya berdampak pada rutinitas pekerjaan sebagai konten kreator dan berpotensi sebagai salah satu faktor individu mengalami "burnout".

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Burnout?
Sebelum mengetahui cara mencegah dan mengatasi "burnout", mari kita melihat beberapa tanda dari terjadinya kondisi "burnout":

  1. Kelelahan secara emosi, pikiran dan fisik diakibatkan stress berulang tak kunjung henti
  2. Menjadi sinis, selalu berpikir negatif, mudah tersinggung dan marah
  3. Semakin tidak efektif dalam bekerja (tidak bersemangat, pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik, dsb)

Jika melihat tanda-tanda umum tersebut, kondisi "burnout" tidak hanya berdampak pada fisik ataupun pekerjaan namun juga berdampak pada mental (perasaan dan pikiran) dan juga pada hubungan sosial (akibat pikiran negatif dan pengendalian emosi yang kurang baik; dampak dari stress berulang). Tentu untuk mendapatkan diagnosa atas kondisi "burnout" butuh seorang ahli profesional dalam menilai hal tersebut.

Kembali ke persoalan cara mencegah dan mengatasi "burnout" terutama pada para konten kreator. Hal pertama yang dilakukan adalah bercerita dan berbagi tentang perasaan dan pikiran yang dialami kepada orang-orang terdekat. 

Meski belum tentu mendapat jalan keluar atas permasalahan ini, namun setidaknya perasaan dan pikiran menjadi lega karena telah menceritakan permasalahan dan orang-orang terdekat bisa memberikan perhatian dan pertolongan yang dibutuhkan.

Jika masih merasa kondisi belum membaik, coba untuk cari pertolongan profesional. Seperti konselor, psikolog ataupun psikiater. Mereka akan membantu dan bekerja sama untuk mencari akar permasalahan yang berdampak pada rutinitas dan kehidupan sehari-hari.

Namun cara yang paling tepat dan cepat untuk mengatasi dan mencegah individu mengalami kondisi "burnout" adalah rehat sejenak. Hal ini diungkapkan oleh Kati Morton, yang merupakan seorang konten kreator kesehatan mental di Youtube.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun