Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Celebrity Worship" dan Dampaknya pada Identitas Sosial Penggemar Budaya Populer Korea

5 Februari 2020   12:02 Diperbarui: 7 Februari 2020   10:51 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari www.inquisitr.com, edit menggunakan Aplikasi Canva

Bahkan penggemar yang mungkin anda anggap pada level tinggi (Mild-Pathology) bisa saja mereka hanya individu yang termasuk Serious Fans, bukan Celebrity Worshipers. Masak cuma karena para penggemar menunjukkan sifat ekspresif dan senang saat melihat selebriti idolanya, sudah dianggap aneh.

Hal ini juga disinggung dalam penelitian "Celebrity Worship : Critiquing a Construct" yang juga dilakukan oleh Gayle Stever, bahwa penelitian terkait sering menganggap komunitas penggemar akan terkesan dan selalu berkaitan dengan Celebrity Worship.

Ia (Gayle Stever) menjelaskan bahwa peneliti Celebrity Worship (McCutcheon, dkk) seperti mengambil kesimpulan bahwa semua penggemar yang mengisi skala Celebrity Attitude Scale, baik dengan skor rendah sekalipun adalah Celebrity Worshipers. Pertanyaannya adalah, apakah sinonim dari "Fans"adalah " Celebrity Worshipers"? padahal fokusnya kan lebih kepada penggemar yang obsesif? 

Hal tersebut membuktikan perlunya definisi yang jelas dari Celebrity Worshipers. Selain itu ciri "obsesif" Celebrity Worshipers juga perlu digali lebih dalam sesuai dengan populasi atau sampel penelitian yang akan di ambil.

Pada literature review terkait Celebrity Worship yang dilakukan oleh Samantha K. Brooks, menjelaskan bahwa konsep dari Celebrity Worship kurang mengeksplor pengalaman para penggemar terkait dampak positif ataupun negatif selama berinteraksi dan berhubungan dengan selebriti idola dalam kehidupan mereka.

Selain itu Celebrity Worship juga terkesan seperti konsep negatif (dianggap tidak normal, sudah tergolong sindrom dan gangguan). 

Apalagi media informasi sekarang berperan dalam memperkuat opini-opini beberapa orang yang menilai perilaku negatif dari penggemar K-Pop dan hal tersebut memberikan pengaruh terhadap identitas sosial penggemar K-Pop di masyarakat.

Menurut J. Patrick Williams, Pandangan media yang menggangap kehidupan para penggemar K-Pop itu "aneh","berlebihan", dan " tidak normal" memberikan stigma negatif pada identitas sosial para penggemar K-Pop ke publik.

Padahal kalau dilihat apa bedanya penggemar K-Pop dengan penggemar Liga Inggris? Apa bedanya penggemar K-Pop dengan penggemar Gadget? Apa bedanya penggemar K-Pop dengan penggemar Musik Indie? Apa bedanya penggemar K-Pop dengan Pendukung salah satu Partai Politik? Sama aja kan sebenarnya? Sama- sama suka, mendukung serta terlibat aktif di dalamnya.

Tetapi, menurut saya penggemar K-Pop yang sering terlihat terkena stigma negatif oleh kebanyakan masyarakat.

Dalam hasil penelitian akhir saya, menjelaskan bahwa para penggemar K-Pop ternyata ya orang-orang yang produktif, aktif ikut mengikuti organisasi, tetap bisa bertanggung jawab sebagai orang tua dengan baik dan memiliki manajemen waktu yang baik dalam menikmati hiburan dan bersosialisasi di lingkungannya (Manusia yang sama seperti yang lain hmm).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun