Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nusantara, Islam Nusantara, Zionis Nusantara

21 Juni 2021   13:20 Diperbarui: 21 Juni 2021   14:13 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika Gajah Mada menjadi Mahapatih Kerajaan Majapahit, dirinya mempunyai gagasan, tekad, dan cita-cita yang tinggi. Sosok perkasa itu mempunyai ambisi untuk menundukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Ambisi Gajah Mada itu terucap lewat sumpah yang sangat melegenda, yakni Sumpah Palapa. Dalam banyak sumber, sumpah itu berbunyi, "lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa".

Bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, artinya "jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa". Dari apa yang disumpahkan oleh mahapatih tersebut kata Nusantara sudah muncul pada Abad XIV, masa Kerajaan Majapahit.

Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik merupakan wilayah yang ada di luar Pulau Jawa dan ini selaras dengan berbagai sumber atau literatur yang menyebut Nusantara merupakan wilayah atau kepulauan yang berada di luar Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Dilihat dari terjemahan kata Nusantara yang terdiri dari kata nusa dan antara, nusa mempunyai arti pulau dan antara yang berarti jarak, seberang, dan lain.

Nusantara pada masa Gajah Mada merupakan wilayah yang belum tunduk pada hukum Majapahit. Sedang wilayah yang sudah tunduk pada Majapahit bukan dikatakan sebagai Nusantara. Kerajaan-kerajaan yang berada di Jawa seperti Pajang, Wengker, Daha, Kahuripan, Singasari, Daha, Matahun, dan Langsem, bukan Nusantara sebab mereka sudah tunduk pada Majapahit.

Dalam Wikipedia disebut daerah di Jawa disebut dengan mancanegara. Mancanegara merupakan daerah di Pulau Jawa dan sekitar yang budayanya mirip dengan wilayah pusat pemerintahan Majapahit (Negara Agung). Mancanegara merupakan wilayah yang berbatasan dengan Negara Agung.

Jadi pengertian Nusantara pada masa Majapahit adalah selain wilayah di luar Jawa, jauh, mereka juga belum tunduk pada Majapahit. Oleh Gajah Mada, Nusantara ingin ditundukan agar mengakui hukum Majapahit dan tunduk padanya. Apa yang dicita-citakan Gajah Mada tercapai, dirinya mampu menggabungkan Mancanegara (Jawa) dan Nusantara yang wilayahnya dari Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat. Wilayah-wilayah inilah sekarang sebagaian besar adalah wilayah Negara Indonesia. 

Ketika Majapahit hilang kekuasaannnya dan muncul kerajaan, kesultanan, dan puri atau wilayah yang 'merdeka' dari Majapahit, kata Nusantara juga menghilang. Selepas runtuhnya Majapahit hingga tahun 1920-an, bentangan kepulauan dari Semenanjung Malaysia hingga Maluku merupakan wilayah-wilayah yang tersendiri. Masing-masing wilayah atau pulau diperintah oleh kesultanan, kerajaan, atau puri, yang dipimpin oleh sultan, raja, dan ratu masing-masing.

Sebagai wilayah yang semua dijadikan koloni oleh negara-negara Eropa terutama Belanda, ada keinginan wilayah-wilayah itu bersatu dan memerdekakan diri. Untuk itu perlu satu kekuatan bersama dan satu tujuan agar bebas dari penjajahan Belanda. Untuk mengikat dalam persatuan, tokoh pendidikan dari Perguruan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara, menyebut wilayah-wilayah yang berada di bentangan Semenanjung Malaysia hingga Maluku itu dengan sebutan Nusantara (Abad XX).

Ki Hadjar Dewantara memilih kata Nusantara untuk menegasi sebutan yang diberikan Belanda kepada wilayah ini dengan sebutan Indie (Hindia). Kata yang disematkan oleh Ki Hadjar Dewantara kepada wilayah jajahan Belanda, Nusantara, ini tidak surut meski wilayah yang ada akhirnya bernama Indonesia.

Nusantara tidak hanya memiliki wilayah yang luas, bekas koloni Belanda, namun di dalamnya terkandung berbagai kekayaan alam dan budaya. Bukti dari kayanya Nusantara bisa kita dengar dari lirik-lirik lagu Koes Plus tentang Nusantara. Grup musik serba bisa ini memandang Nusantara sangat istimewa sehingga ia mengarang lagu tentang Nusantara, dari Nusantara I hingga Nusantara V. Dalam lirik Nusantara V, tertuang pujaan hati padanya. Penggalan lirik itu adalah, ribuan pulau tergabung menjadi satu, Sebagai ratna mutu manikam, Nusantara... oh... Nusantara, Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara, Tiada dua dimana jua, Nusantara... oh... Nusantara, Siapa tak kenal Nusantara, Siapa tak suka Nusantara, Siapa tak sayang Nusantara.

Dari kata Nusantara yang digambarkan oleh Ki Hadjar Dewantara dan Koes Plus, menunjukan bahwa Nusantara adalah sebuah semangat persatuan di wilayah Indonesia yang kaya dengan berbagai hasil bumi, budaya, dan penuh keragaman. Kata Nusantara ini memiliki makna positif, netral, semangat persatuan dan kebangsaan, serta bisa diterima oleh seluruh bangsa Indonesia bahkan Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun