Mohon tunggu...
Ardiningtiyas Pitaloka
Ardiningtiyas Pitaloka Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan SDM

Penulis buku bertema karier dan profesional asesor dalam proses pemetaan potensi, promosi dan rekrutmen SDM.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penilaian dalam Dunia Kerja: Metode, Tujuan, dan Materi

26 September 2016   11:54 Diperbarui: 26 September 2016   12:24 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penilaian dalam dunia kerja berbeda dengan penilaian di dunia pendidikan. Saat Anda menempuh pendidikan, baik dasar maupun perguruan tinggi, penilaian cenderung mengacu pada ranah kognisi. Ranah ini meliputi mengingat kembali (hafal), memahami latar pengetahuan hingga pemahaman secara implementasi termasuk pengembangannya. 

Dalam dunia kerja, ada dua jenis penilaian yang dikenal dengan asesmen hard skill dan soft skill. Tulisan ini akan membahas penilaian soft skill sesuai pengetahuan dan pengalaman saya sebagai asesor sumber daya manusia. Penilaian mengacu pada segala sesuatu pada diri yang terkait dengan kinerja: kognisi (pemikiran), sikap, hingga tindakan. Ketiga hal ini menjadi fokus penilaian untuk mendapatkan profil diri sebagai pekerja di satu perusahaan maupun calon pekerja (dalam proses rekrutmen). Inilah yang disebut dengan kompetensi: pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang yang mendukung performa kerja. 

Metode Penilaian

Ada beberapa metode penilaian dalam dunia kerja, salah satunya adalah metode assessment center. Metode assessment center banyak digunakan oleh perusahaan karena dinilai mampu menghadirkan profile asesee (kandidat/karyawan) secara objektif. Metode ini menggunakan lebih dari satu alat, pola dan penilai (asesor). Secara general, dalam assessment center, seorang asesesee  menjalani tes simulasi kerja (diskusi, presentasi, role-play), tes tertulis (analisis kasus, in-tray, tes psikologi-inventori) hingga wawancara mendalam. Tes tertulis termasuk tes kemampuan yang sering dikenal sebagai tes psikologi guna mengetahui kemampuan verbal, numerik dan abstrak seseorang. 

Tes psikologi lain yang diberikan juga berbentuk penilaian diri sendiri untuk menggali preferensi/kecenderungan individu dalam pola kerja, pola pikir, emosi, penanganan konflik, interaksi sosial, motivasi mencapai prestasi kerja dan pengembangannya, komitmen penyelesaian tugas, dan lainnya sesuai kebutuhan perusahaan. Beberapa perusahaan/biro konsultan menggunakan tes psikologi yang proyeksi seperti tes gambar, sementara sebagian yang lain lebih menggunakan tes inventori yang berbentuk kuesioner. 

Penerapan metode kompleks ini tidak seragam, tergantung pada kebutuhan dan kondisi satu perusahaan dan perusahaan lain. Biasanya, semakin tinggi level jabatan, maka semakin lengkap metode assessment center yang digunakan. Sementara, proses rekrutmen untuk level pemula biasanya menggunakan tes psikologis tertulis,diskusi dan wawancara.

Tujuan Penilaian 

Ada beragam target penilaian dalam dunia kerja, mulai dari rekrutmen, pemetaan potensi, rotasi, pengembangan, promosi jabatan hingga pengurangan karyawan (pemutusan hubungan kerja). Untuk tujuan pemetaan dan pengembangan, biasanya perusahaan memberikan sesi feedback secara individual antara konsultan (asesor) dan karyawan. Sesi ini juga bisa dilakukan oleh internal perusahaan (HRD) dan dilanjutkan dengan diskusi antara karyawan dengan atasan untuk eksplorasi pengembangan di lapangan. 

Untuk mencapai target penilaian, baik penilai maupun yang dinilai seharusnya memiliki pemahaman yang sama.  Untuk menggambarkan pemahaman di sini, kita bisa mengingat kembali penilaian di pendidikan. Untuk lulus mata kuliah X, dosen dan mahasiswa memiliki pemahaman yang sama atas materi yang akan diujikan. Dosen akan menghadirkan soal atau pertanyaan yang bersumber dari materi X, sementara mahasiswa pun akan mempelajari (kembali) materi X. Pada awal tulisan ini saya menyatakan adanya perbedaan antara penilaian di dunia kerja dan pendidikan, tetapi dalam pemahaman seharusnya kedua pihak berada di 'satu frekwensi'. 

Jika tidak, maka kedua pihak tidak mencapai target sesuai harapan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, saya melihat pihak asesee yang cenderung memiliki asumsi berbeda sehingga 'performa' yang ditampilkan saat penilaian pun berbeda. Asesee cenderung memperlakukan proses penilaian seperti tes di dunia pendidikan, salah satunya dengan mencari buku tes-tes psikologi dan menghafalkannya. Padahal, tes ini bertujuan menggali kompetensi: kemampuan, pengetahuan dan sikap individu dalam bekerja. 

Semua ini telah melekat dalam diri individu seiring pengalaman kerja sehari-hari atau seringkali ditekankan dalam tes psikologi: ujian materi yang 'tak dipelajari'. Tak dipelajari artinya berbeda dengan materi pelajaran matematika atau bahasa di mana Anda harus hafal rumus dan tahu menerapkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun