Mungkin ini bisa dijelaskan dari latar belakang Franklin Foer yang merupakan warga AS, negara yang kulturnya lebih dekat dengan basket dan bisbol.
Walau mengaku sebagai pengemar sepakbola dan klub Barcelona, namun Foer, setidaknya dalam buku ini, terkesan lebih jelas melihat aspek sepakbola dari luar sepakbola itu sendiri. Tidak jadi soal bagi pembaca yang memang ingin mencari alasan rasional dan ilmiah untuk lebih mengagumi sepakbola.
Bagi pembaca Indonesia, buku yang diterjemahkan dengan baik ini cukup bisa menjadi kudapan bergizi untuk wawasan pengetahuan sepakbola yang dapat dihubungkan dengan berbagai fenomena menarik sepakbola lokal dan tentu bisa jadi modal untuk lebih yakin berucap "sepakbola bukan sekadar olahraga".