6. Kepemimpinan Organisasi yang Lebih Efisien
Asosiasi Futsal Indonesia (AFI) sebagai induk olahraga futsal terbilang cukup solid dalam mengatur liga, pembinaan, dan pengiriman tim ke ajang internasional. Meski tentu tidak sempurna, AFI relatif lebih sedikit terseret konflik internal dibandingkan federasi sepakbola nasional (PSSI) yang kerap diguncang masalah politik olahraga.
Kondisi ini membuat ekosistem futsal lebih sehat. Pemain, pelatih, sponsor, hingga penonton merasa lebih percaya diri menaruh harapan pada futsal.
7. Media dan Eksposur yang Meningkat
Meski tidak sebesar sepakbola, futsal semakin sering diliput media nasional maupun lokal. Beberapa pertandingan liga futsal bahkan disiarkan secara langsung di televisi dan platform digital. Popularitas pemain futsal nasional seperti Evan Soumilena, Ardiansyah Runtuboy, hingga M. Iqbal Iskandar semakin dikenal luas, terutama di kalangan anak muda.
Eksposur media ini menjadi katalis penting dalam mendongkrak pamor futsal, sesuatu yang ironisnya justru lebih jarang dimanfaatkan dengan baik oleh sepakbola Indonesia yang seharusnya lebih populer.
Penutup: Belajar dari Futsal untuk Membangun Sepakbola
Jika melihat semua faktor tersebut, jelas bahwa futsal Indonesia berkembang lebih cepat karena: infrastrukturnya lebih merakyat, sistem kompetisinya lebih stabil, prestasinya lebih konsisten, serta dukungan komunitas yang lebih luas.
Namun, bukan berarti futsal dan sepakbola harus dipertentangkan. Justru, sepakbola bisa belajar dari futsal. Stabilitas liga, pembinaan usia dini, dan kedekatan dengan komunitas adalah hal-hal yang perlu ditiru.
Dengan jumlah penduduk yang besar dan kecintaan masyarakat terhadap olahraga bola, Indonesia sebenarnya punya potensi emas untuk maju di kedua cabang ini. Pertanyaannya tinggal satu: apakah sepakbola Indonesia siap bercermin dari futsal untuk berbenah?
#SalamLiterasi