Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal dan Memahami Warisan Pemikiran "Gila" Oleh Tan Malaka

24 September 2025   08:00 Diperbarui: 22 September 2025   09:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarah Indonesia, nama Tan Malaka sering muncul sebagai sosok misterius sekaligus kontroversial. Ia dijuluki Bapak Republik yang terlupakan, bahkan disebut "pahlawan yang tidak pernah diakui" secara penuh dalam narasi resmi bangsa. Lebih jauh lagi, salah satu karyanya yang paling menggugah adalah Madilog---akronim dari Materialisme, Dialektika, dan Logika---yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai pemikiran "gila" pada zamannya. Mengapa disebut demikian? Karena gagasannya tidak hanya menantang kekuasaan kolonial, tetapi juga menantang cara berpikir masyarakat pribumi yang masih terikat pada dogma, mistisisme, dan mitos.

Latar Belakang Sosok Tan Malaka

Tan Malaka lahir dengan nama Ibrahim Datuk Tan Malaka pada 2 Juni 1897 di Suliki, Sumatera Barat. Ia dibesarkan dalam keluarga Minangkabau dengan tradisi Islam yang kuat. Namun, kesempatan belajar di Belanda menjadikannya memiliki pandangan luas tentang dunia, termasuk perkenalannya dengan gagasan Marxisme dan sosialisme. Ia sempat bergabung dalam pergerakan internasional, berinteraksi dengan tokoh-tokoh kiri dunia, dan akhirnya memilih jalan panjang sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.

Namun, perjalanannya tidak mulus. Ia berkali-kali ditangkap, dibuang, dan hidup dalam pelarian. Tan Malaka sering dianggap "terlalu radikal" oleh pemerintah kolonial, bahkan oleh sesama tokoh pergerakan Indonesia. Bung Karno sendiri pernah menyebut Tan Malaka sebagai "orang gila" karena ide-idenya dianggap terlalu sulit diterima pada masa itu.

Madilog: Warisan Pemikiran "Gila"

Pada tahun 1943, di masa pendudukan Jepang, Tan Malaka menulis karya monumentalnya Madilog. Buku ini terdiri dari lebih dari 500 halaman yang berisi uraian filosofis tentang bagaimana manusia Indonesia seharusnya berpikir. Menurut Tan Malaka, bangsa Indonesia tidak akan mampu meraih kemerdekaan sejati jika masih terjebak dalam takhayul, mitos, dan cara berpikir mistis.

Ia memperkenalkan tiga pilar berpikir:

  1. Materialisme -- memahami realitas berdasarkan kondisi material, bukan mitos atau keyakinan buta.

  2. Dialektika -- menyadari bahwa segala sesuatu berubah karena adanya kontradiksi.

  3. Logika -- menekankan pentingnya berpikir sistematis, rasional, dan kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun