Beberapa hari yang lalu wakil presiden RI Budiono berkunjung ke kota Malang, yang bertujuan untuk meresmikan gedung pasca sarjana sebuah PTN. Seperti biasanya jika pejabat lewat maka jalan yang akan dilalui disterilkan terlebih dahulu. Kampus PTN yang akan diresmikan bapak wakil presiden terletak dijalur poros utama antara Batu dan Malang. Begitu wakil presiden akan lewat jalan menuju kota Batu dari arah Malang diarahkan kejalan yang menuju Jatiim Park 2, yang tentu saja lebarnya tidak sama dengan jalan utama. Bisa dibayangkan kemacetan terjadi dijalur alternative termasuk yang melewati tempat kerja saya, karena terkena imbas pengalihan jalur.
Bila melihat pengamanan yang dilakukan oleh aparat, maka kesannya adalah sangat protektif sekali sebab jalur utama sudah ditutup bagi kendaraan umum sejak pagi hari, otomatis terlihat sepi dan tentu saja berimbas pada kegiatan prekonomian sepanjang jalur yang ditutup. Inilah yang perlu dipikirkan oleh para pejabat yang berkunjung ke suatu tempat, saya melihat pengamanan yang berlebihan membuat masyarakat sekitar menjadi tidak nyaman. Salah seorang teman saya yang toko oleh-olehnya terletak persis didepan kampus PTN yang akan di resmikan wakil presiden ,teman saya mengeluh, karena beberapa kardus barang-barang yang masih disegel diminta oleh aparat pengamanan untuk dibuka, padahal isinya hanya kripik buah.
Lain lagi pengalamanSulikan salah seorang pemilik bengkel di jalur yang sama mengungkapkan, sejak jalur didepan bengkelnya ditutup, tak satupun pelanggan yang datang memanfaatkan jasa bengkelnya,walhasil hari itu dia tidak bisa membawa uang untuk anak isterinya, sebab kedatangan sang wakil presiden telah menyebabkan penghasilannya nihil hari itu. Sulkan mengungkapkan setiap hari minimal dia membawa pulang seratus ribu untuk nafkah anak dan isterinya. Setali tiga uang dengan pengalaman Sulkan,seorang tukang ban mengungkapkan bahwa penutupan jalur yang terkesan mendadak pagi itu telah menyebabkan pendapatannya menurun drastis,” kalau tahu begini saya nggak buka mas,ucapnya ketika diwawancarai oleh salah satu stasiun televise swasta dikota Malang.
Untuk bapak wakil presiden dan pejabat lainnya, mungkin bagi anda uang seratus ribu tidaklah berarti apa-apa, tapi bagi Sulkan dan tukang ban nilai uang tersebut amat berharga untuk kelangsungan hidup mereka. Kejadian ini memunculkan ide dibenak saya, jika ada pejabat lewat atau berkunjung kesuatu tempat yang menyebabkan terhentinya kegiatan prekonomian masyarakat, maka harus ada konpensasi dari pemerintah, minimal ganti rugi penghasilan yang biasa didapatkan setiap hari ditempat yang dikunjungi, bagaimana setuju tidak?
Jika membaca sejarah Khalifah Umar, seharusnya pejabat dinegeri ini dapat mengambil pelajaran betapa seorang Umar yang rajin blusukan tidak pernah dikawal oleh pasukan husus, bahkan yang lebih mengharukan jika beliau menemukan rakyatnya kelaparan maka beliaulah yang akan memikul sendiri beras untuk diberikan kepada rakyatnya yang sedang kelaparan. Bagaimana mau jadi pejabat seperti Umar?insyaAllah anda akan menjadi pejabat yang dihormati rakyat jelata. Wallahu a’lam