Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Banyak Siswa yang Remedial, Apakah Guru Gagal Mengajar?

4 Januari 2023   14:38 Diperbarui: 4 Januari 2023   14:40 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegagalan dapat dimaknai positif. Gagal itu sebuah ukuran. Ya, mengukur kemampuan diri, baik itu dari sisi siswa maupun dari gurunya. Namun yang perlu di pertegas disini adalah ambang batas kegagalan itu sampai mana? Jika guru telah mengerahkan segala kemampuan, baik pikir maupun olah kerjanya namun siswa tetap juga tidak menembus KKM, apakah mutlak ini kesalahan guru dalam mengajar? Ada banyak faktor yang perlu diteliti sebelum cap "gagal" itu diberikan.

Sering kita mendengar kalimat "belajarlah dari sebuah kegagalan". Kegagalan akan selalu menyertai hidup manusia. Koreksi saya jika salah. Kegagalan mampu membawa pelakunya pada evaluasi diri. Ia jadi tahu bahwa kemampuannya hanya sebatas itu saja. Artinya apa? Ia harus menggenjot kembali kemampuannya. Baik itu kemampuan akademis maupun kemampuan kinerjanya.

Banyak contoh kisah orang sukses, baik dalam bidang wirausaha maupun akademis, yang mereka mulai dari sebuah kegagalan. Tidak ada yang langsung berhasil tanpa jerih payah dan kegagalan. Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, "kegagalan adalah guru yang konsisten mengajari saya" (siedoo.com, 2/12/2019). Maka jangan takut gagal, agar Anda berani membuat hal baru dalam mengajar.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja mengajar. Cara itu bisa datang dari diri sendiri, maupun dari luar diri sendiri. Kita bahas satu persatu. Apa yang dapat dilakukan diri sendiri jika ingin menaikkan kompetensi diri? Contoh kecil, Anda harus banyak membaca buku. Seorang guru senantiasa membagi ilmunya kepada para siswa. Artinya apa? Guru juga harus senantiasa memasukkan pengetahuan baru dalam dirinya.

Membaca adalah salah satu cara memasukkan pengetahuan. Maka, tanyalah pada diri Anda sendiri sudah berapa banyak buku yang Anda baca? Sehari, sepekan, sebulan, bahkan setahun. Hal kecil yang mungkin bagi sebagian orang tidak penting, namun sangat besar manfaatnya.

Lantas jika Anda tidak suka membaca, atau membaca bukanlah hobi Anda lalu bagaimana? Anda harus mamaksa diri untuk mencintai aktifitas tersebut. Ingat kembali, dan nasihati kembali diri Anda bahwa Anda adalah guru, yang terus-menerus mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Tidak seharusnya Anda mencukupkan diri dengan kemampuan Anda. Itulah hikmah dari sebuah kegagalan.

Meningkatkan diri juga dapat dicapai dari luar diri Anda. Sedikit saya bercerita, saya mengajar di sekolah dengan sistem belajar fullday (seharian). Mereka mulai belajar pukul 07.15 Wib dan berakhir pukul 16.00 Wib. Saya menjumpai beberapa siswa yang masih mengambil bimbingan belajar di luar jam sekolah. Ada yang sifatnya privat, guru yang datang ke rumah siswa, atau ia datang ke tempat pembelajaran non formal.

Belajar tambahan yang mereka ambil kebanyakan pelajaran umum, seperti Bahasa Inggris, Matematika, dan lain-lain. Karena di sekolah tersebut lebih mendominankan pelajaran agama. Saya berpikir begini, siswa saja yang waktu belajarnya di sekolah sudah seharian, masih mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Apakah sebagai guru tidak perlu menambah pengetahuan?

Bisa jadi nanti lebih pintar siswanya ketimbang gurunya. Sekarang zamannya informasi dan teknologi. Mencari informasi yang diinginkan dapat dengan mudah dan cepat diperoleh. Maka jika Anda juga tidak mengimbanginya, alamat tertinggal jauhlah dengan anak didik Anda.

Tidak ada salahnya Anda mengambil les Bahasa Inggris, misalnya. Jangan malu dengan siswa karena Anda kembali belajar. Ini akan memperkaya wawasan dan pengetahuan Anda. Banyak mengikuti pelatihan, mencontoh teman guru yang berhasil, rajin bertanya kepada guru senior, dan lain sebagainya.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun