Menjelang Idulfitri, banyak diplomat yang mengucapkan selamat merayakan Idulfitri kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Jika dua atau tiga tahun lalu serta sebelum terjadi pandemi Covid-19 melanda dunia, ucapan itu sering disampaikan secara langsung. Namun setelah pandemi terjadi di dunia, ucapan itu dilakukan melalui media massa atau media sosial.
Yang mengucapkannya bukan saja diplomat yang berasal dari benua Eropa yang nyata-nyata berbeda latar belakang dan keyakinan, namun juga para duta besar dan diplomat yang berasal dari benua Asia. Para diplomat yang berasal dari Cina, Philipina, Malaysia, Papua Nugini dan beberapa diplomat lainnya mengucapkan selmat merayakan Idulfitri kepada pemerintah Indonesia.
Ucapan yang sempat terpantau oleh penulis adalah ucapan selamat yang diberikan oleh Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xiao Qian. Dalam laman media sosialnya, selain mengucapkan selamat  merayakan Idulfitri 1442 H, dia juga memanggil umat muslim kedua negara (Cina dan Indonesia) untuk berkontribusi dalam memperkuat persahabatan.
Dalam ucapan selanjutnya dia mengatakan bahwa pemerintah Cina menghormati dan melindungi kebebasan agama dan adat istiadat di sana. Begitu juga pemerintah Indonesia dan masyarakatnya soal perbedaan yang dimiliki kedua negara. Dia juga menegaskan bahwa pemerintah Cina memerintah negara mereka sesuai dengan konstitusi.
Seperti kita diketahui bersama Cina adalah negara berpenduduk terbesar di dunia dengan 1,4 miliar orang. Sedikit lebih banyak dibanding negara India yang juga punya 1,4 miliar penduduk. Negara sebesar Cina punya penduduk yang menganut agama Islam yaitu 20 juta atau sekitar 0,5% dari seluruh penduduk yang didominasi etnis Hui dan Uighur. Selebihnya mereka menganut keyakinan Taoisme, Kristen dan Budha. Â
"Sama seperti Anda yang merayakan Idul Fitri dengan suasana hati yang gembira . Saya mengambil kesempatan ini untuk berdoa dengan segenap hati saya bahwa teman-teman Muslim dari kedua negara akan hidup bahagia, sehat dan subur, " kata Xiao Qian.
Kita tahu bersama kedua negara punya permasalahan internal terkait dengan beberapa persoalan, termasuk terorisme, etnis dan keyakinan. Mengharmonikan berbagai perbedaan memang menjadi masalah di beberapa negara seperti Cina, India dan beberapa negara. Kita, negara Indonesia yang punya perbedaan yang begitu kompleks punya tingkat kesulitan tinggi untuk mengharmonikan semua pihak.
Karena itu Idulfitri kali ini (yang merupakan Idulfitri kedua semasa pandemi Covid-19) bisa dijadikan momentum untuk memperkuat persaudaraan antar umat beragama yang berbeda. Pada momentum kali ini seakan mengingatkan kita bahwa begitu banyak persoalan termasuk bencana non alam seperti pandemi Covid-19 ini yang harus kita selesaikan bersama. Juga bencana alam yang juga harus kita tanggulangi bersama.
Dua hal itu jauh lebih penting dibanding kita mempersoalkan perbedaan keyakinan yang kita miliki. Â Itu lebih mulia dan bermakna bagi kemanusiaan di muka bumi ini.