Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejak Dulu, Manusia Selalu Ingin Bersatu dalam Keberagaman

24 Agustus 2018   07:27 Diperbarui: 24 Agustus 2018   07:45 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - www.deviantart.com

Dalam perkembangannya, Indonesia berubah menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal, sebelum Islam datang ke Indonesia, mayoritas penduduknya sudah memeluk agama Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. 

Karena Islam masuk dengan cara yang santun, dan Islam bisa beradaptasi dengan budaya lokal ketika itu, membuat banyak masyarakat tertarik dan memilih agama Islam. Islam masuk ke Indonesia dengan cara santun dan tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan. Karena itulah, Islam kemudian bisa diterima oleh mayoritas penduduk Indonesia.

Namun, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, sebagian orang menghendaki agar negara ini didasarkan pada syariat Islam. Ketika dalam proses pembentukan negara ini, usulan itu sempat muncul melalui piagam Jakarta. Namun karena Indonesia juga ada masyarakat yang non muslim, para pendiri bangsa ini memilih Pancasila sebagai dasar negara. Karena dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang memang tumbuh dari budaya masyarakat Indonesia sendiri.

Semangat yang sama, sebenarnya juga telah ditunjukkan Rasulullah SAW melalui piagam Madinah. Dalam piagam tersebut, disepakati oleh para pihak untuk saling menghargai, saling tolong menolong, hingga tidak boleh saling mencaci maki kelompok lain. Ini artinya, Islam pun juga menghargai keberagaman sejak dulu. Wajar kiranya jika Islam masuk ke Indonesia, ke negara yang penuh dengan keberagaman ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Lalu, bagaimana bisa saat ini ada sekelompok orang yang mengatasnamakan muslim, tapi justru sering menebar kebencian ke pihak lain.

Tak dipungkiri, seiring kemajuan teknologi, penyebaran ujaran kebencian begitu masif di dunia maya. Bibit kebencian ini sengaja dimunculkan, agar kerukunan di negeri ini terganggu. 

Ketika sudah terganggu, tentu kondisi di masyarakat akan semakin tidak kondusif. Kondisi inilah yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mendiskreditkan pemerintah, yang dianggap sebagai pemerintahan kafir. 

Dan setelah itu mereka pun kembali akan memunculkan konsep khilafah, dengan alasan mayoritas penduduk Indonesia menjadi muslim. Bahkan, baru-baru ini pun piagam Jakarta kembali dimunculkan ke publik. Polemik yang tidak membangun ini dikhawatirkan justru akan memunculkan kebencian-kebencian baru.

Jika memang kita mengklaim sebagai seorang muslim, atau seorang yang sangat menghargai keberagaman, semestinya bisa belajar dari semangat yang dicontohkan Rasulullah SAW melalui piagam madinah. Jika Rasulullah SAW bisa toleran kepada siapa saja, kenapa kita tidak bisa? Kenapa masih saja ada anggapan sesat kepada pihak minoritas? Kenapa masih ada anggapan kafir kepada pihak yang berbeda? Bukankah yang berhak menilai itu hanyalah Tuhan YME yang menciptakan semua seisi bumi ini?

Tugas kita sebagai manusia adalah saling menghargai, menghormati dan tolong menolong antar sesama. Tugas kita adalah membuat keberagaman itu bisa harmonis. Tidak ada caci maki dan iri dengki. Juga tidak ada persekusi hingga aksi diskriminasi. 

Mari kita kedepankan toleransi dan semangat persatuan. Karena semangat yang sama juga telah ditunjukkan di era Rasulullah SAW, melalui piagam Madinah. 

Tak perlu lagi mengembalikan piagam Jakarta, jika hal itu bisa berpotensi memunculkan konflik baru. Jika ada yang masih perlu diperbaiki, tinggal diperbaiki saja. Mari kita saling introspeksi diri, demi terciptanya tatanan kehidupan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun