Mohon tunggu...
Ardan Arya
Ardan Arya Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Prodi PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Stimulus Respond pada Upaya Perbaikan Citra Polri di Mata Publik

22 November 2021   01:04 Diperbarui: 22 November 2021   01:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HASIL PENGAMATAN

Saat ini, Kepolisian Republik Indonesia memiliki krisis kepercayaan dari masyarakat, dan citra polisi dimasyarakat sudah sangat buruk. hal ini dikarenankan kesalahan yang dilakukan oleh polisi itu sendiri. memang, polisi juga manusia, tapi apakah kesalahan-kesalahan itu terus terjadi dan terulang?.

Beberapa pekan lalu, Tagar #PercumaLaporPolisi yang digaungkan oleh masyarakat Indonesia harusnya tidak dipandang oleh sepele oleh Kapolri. Tagar #percumaLaporPolisi, adalah buntut penutupan kasus dugaan perkosaan tiga anak di Luwu Timur yang dengan terduga pelaku ayah kandungnya sendiri.

Tercatat sebanyak 29 polisi dipecat selama Januari hingga September 2016. Pasalnya, mereka melakukan tindak pidana narkoba dan disersi selama tugas. 

Selain dipecat, ada 31 oknum polisi yang disanksi demosi, baik itu demosi fungsi hingga kewilayahan. Ada pula yang disanksi tidak naik pangkat, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan pendidikan dan sebagainya. 

1 Hal ini cukup menggambarkan dan menjadikan alasan citra kepolisian di mata masyarakat sangatlah buruk, mereka yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat malah menjadi pelaku dari tindakan kriminal yang seharusnya mereka atasi.

Cara berkomunikasi yang ditunjukan oleh beberapa oknum Polisi mempengaruhi penilaian dari masyarakat bahwa institusi ini memiliki orang-orang yang tegas, berwibawa dan sopan dalam bertutur kata. 

Dan kesan masyarakat terhadap polisi sangatlah buruk, kebanyakan dari tindakan polisi tersebut tidaklah pantas dilakukan oleh seorang polisi yang pada dasarnya memiliki tugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. 

Hal ini tergambar dari banyaknya kasus yang tidak seharusnya dilakukan oleh oknum polisi mulai dari penyalahgunaan narkoba, kekerasan hingga pungutan liar.

Polisi dalam penegakan hukum berada pada garda terdepan sebelum jaksa dan hakim. Dalam melakukan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Komunikasi seseorang atau sebuah organisasi mencerminkan karakter dirinya, sehingga akan membentuk citra pada dirinya. Jika berkomunikasi baik, citranya akan baik dan jika berkomunikasinya kurang baik maka citranya akan jelek pula.

Sebagai lembaga penegak hukum, kepolisian seharusnya menampilkan citra yang baik dihadapan masyarakat agar sesuai dengan tugas dan fungsi sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang.

Cara berkomunikasi yang ditunjukan oleh beberapa oknum Polisi memperngaruhi penilaian dari masyarakat bahwa institusi ini memiliki orang-orang yang tegas, berwibawa dan sopan dalam bertutur kata.

Kesan masyarakat terhadap polisi sangatlah buruk, kebanyakan dari tindakan polisi tersebut tidaklah pantas dilakukan oleh seorang polisi yang pada dasarnya memiliki tugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini tergambar dari banyaknya kasus yang tidak seharusnya dilakukan oleh oknum polisi mulai dari penyalahgunaan narkoba, kekerasan hingga pungutan liar.

Tercatat sebanyak 29 polisi dipecat selama Januari hingga September 2016. Pasalnya, mereka melakukan tindak pidana narkoba dan disersi selama tugas. Selain dipecat, ada 31 oknum polisi yang disanksi demosi, baik itu demosi fungsi hingga kewilayahan.Ada pula yang disanksi tidak naik pangkat, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan pendidikan dan sebagainya. 1Hal ini cukup menggambarkan dan menjadikan alasan citra kepolisian di mata masyarakat sangatlah buruk, mereka yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat malah menjadi pelaku dari tindakan kriminal yang seharusnya mereka atasi.

Tidak semua polisi penyebab jeleknya citra polisi. hanya beberapa polisi saja, seperti pepatah mengatakan, gara-gara satu tinta, rusak susu sebelanga. sudah sepatutnya atasan tertingi dari polri membenahi hal yang menyebabkan jeleknya citra polisi dimasyarakat.

Untuk mewujudkan polisi sebagai sahabat dan pengayom masyarakat, seorang anggota polisi harus memenuhi beberapa syarat, seorang anggota polisi harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama yang berkaitan dengan tugas pokoknya sebagai alat keamanan dan ketertiban. penegak hukum, berakhlak baik, baik agama maupun moral, beretika, sehingga dalam melaksanakan tugasnya tidak melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan moral dan etika agama serta memiliki kecakapan profesional, sehingga dalam melaksanakan tugasnya , baik dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat maupun dalam upaya penegakan hukum yang dilakukan dengan baik, tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. 

Penegakan hukum merupakan proses sosial yang tidak tertutup tetapi terbuka dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. 

Keberhasilan penegakan hukum akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sedangkan faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah substansi. Dari segi hukum, hukum dibuat oleh lembaga yang berwenang.

Oleh karena itu, kinerja polisi yang sekarang harus selalu mengutamakan profesionalisme dan performencenya agar bisa merubah citra polisi yang dulunya buruk kini menjadi baik. 

Citra yang positif ini dinilai dari sudut pandang masyarakat yang pernah berinterksi dengan polisi lalu lintas ketika sedang melanggar peraturan lalu lintas.

HASIL ANALISIS MENGGUNAKAN TEORI S-R : STIMULUS RESPON

Teori stimulis respon atau yang lebih dikenal sebagai teori SOR (Stimulus Organism Respon). Merupakan model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi. Dasar dari pada teori ini adalah adanya asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme adalah merupakan prinsip-prinsip komunikasi.

Misalnya ketika dalam sebuah komunikasi massa atau lini publik menangkap pesan mengenai seorang oknum polisi yang sedang melakukan hal yang tidak pantas dilakukan layaknya seorang polisi. Maka respon dari publik dapat menjadi berbagai macam. Ada yang mengecam, kecewa, biasa saja atau bahkan ada yang sangat marah. Respon ini dipengaruhi oleh faktor kejiwaan atau psikologis seseorang. Sebab kepribadian juga akan menentukan bagaimana respon atau sikap akan sesuatu. Reaksi-reaksi inilah yang kemudian akan digologkan kedalam respon positif atau negatif.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

KESIMPULAN

Komunikasi massa akan efektif apabila seseorang merespon pesan yang disampaikan dan dengan demikian menentukan suatu perubahan perilaku dalam masyarakat, namun pada kenyataannya tidak semua rangsangan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat. 

Respon terhadap stimulus dalam komunikasi massa tergantung pada hubungan antara komunikan dan komunikator, yaitu dalam hal media massa. Hubungan ini kemudian menentukan apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Oleh karena itu, media massa memiliki tugas berat untuk menciptakan hubungan positif dengan komunikan serta psikologi komunikasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun