Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Merupakan pribadi yang amat senang bertukar cerita, pengalaman, dan hal baru dengan semua orang dari berbagai latar belakang. Saya percaya bahwa dengan mengaktualisasikan diri melalui pertukaran dan eksplorasi ide dengan orang lain, akan tercipta ruang kebebasan berekspresi dan kesetaraan bagi setiap manusia. Jadi, mari kita saling berbagi gagasan dan berekspresi bersama!.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Pamali Lebih Banyak Berlaku bagi Perempuan?

20 Januari 2021   11:50 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:35 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa tidak mindset masyarakat saja yang diubah, biar nggak asal ngejudge perempuan yang pulang malam?. Mengubah mindset masyarakat yang sudah menjadi bagian dari nilai moral tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lagipula, keluar di malam hari akan sangat berbahaya bagi perempuan. Aksi begal, jambret, pelecehan, banyak terjadi di jalanan ketika malam hari, dan sasaran utamanya adalah perempuan. Oleh karena itu, tidak ada ruginya juga apabila pamali ini diterapkan.

Demikian beberapa alasan mengapa pamali lebih banyak berlaku bagi perempuan. Mungkin beberapa pamali dianggap merugikan dan membatasi ruang gerak perempuan, sehingga pamali tersebut harus dihapus. 

Namun mungkin juga pamali itu memiliki tujuan-tujuan mulia sebagaimana telah diuraikan di atas. Kita bebas untuk memilih dan menentukan akan mengikuti pamali atau bersikap bodoamat, karena pada dasarnya, tidak ada hukuman khusus yang dijatuhkan bagi pelanggar pamali selain ancaman yang mungkin akan menghantui hati.

Menjadi modern bukan berarti membuat kita menganggap pamali-pamali di sekitar kita sebagai hal-hal yang konyol dan cocok menjadi bahan bercandaan. Meskipun tidak diketahui asal-usulnya, dan bukan berasal dari agama, tetapi pamali tetaplah merupakan warisan leluhur yang memiliki hikmah dan sarat akan nilai moral. Apabila tidak percaya, cukuplah kita tidak mengikuti, tanpa harus menghakiminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun