Mohon tunggu...
Archie Pujan
Archie Pujan Mohon Tunggu... MAHASISWA -

ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS FAJAR

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Identitas Kebudayaan dalam Komunikasi AntarBudaya

17 Januari 2016   20:14 Diperbarui: 5 Februari 2016   12:12 3342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang luar memandang semua anggota dalam sebuah etnis adalah sama walaupun terdapat perbedaan yang signifikan antar jenis dalam etnis tersebut. Namun perbedaan dan persamaan tidak dipisahkan, persamaan-persamaan tertentu dapat melahirkan citra atau pandangan tersendiri dari etnis tersebut kepada orang luar. Hal ini memberikan persepsi bahwa dalam perbedaan kelompok akan ada perbedaan perilaku berkomunikasi atau singkatnya disebut identitas sosial. Sebagai contoh, kita melihat semua orang barat adalah sama akibat ciri fisik mereka semua terlihat sama dengan kulit putih dan bertubuh lebih tinggi dan besar dari kit sebagai orang Indonesia. Namun ras barat ternyata memiliki perbedaan jenis yang dilihat dari letak geografis, bentuk wajah, bahasa, aksen, sampai budaya. Ketika orang berkebangsaan Amerika dan orang berkebangsaan Rusia saling berbincang maka akan terlihat perbedaan signifikan mulai dari aksen dan gaya bicara.

Perbedaan global secara geografis ditandai oleh faktor-faktor geopolitik yang memperkuat komunikasi antar regional bahkan internasional. Oleh karena itu, pada pembahasan komunikasi antarbudaya selalu membicarakan tampilan perilaku yang dipraktekkan kebanyakan penduduk suatu area geografis sebagai kebudayaan. Dari pernyataan tersebut menandakan bahwa makro budaya dapat dijadikan sebagai peluang prosedur studi komunikasi antarbudaya maupun komunikasi lintas budaya dengan modalitas budaya. Modalitas budaya adalah pola perilaku secara terus menerus sehingga dipandang sebagai perilaku khas suatu kebudayaan yang mewakili orang-orang dari daerah tersebut. Seperti yang dijelaskan pada pargraf sebelumnya bahwa perbedaan letak geografis dari tempat tinggal suatu etnis akan membedakannya dengan etnis lain.

Dalam kehidupan ini terdapat orang-orang yang tergolong dalam kelompok-kelompok tertentu dan ada pula orang-orang yang tidak tergolong dalam kelompok manapun. Salah satu jenis kelompok adalah salient grup. Salient grup adalah sekolompok orang yang menampilkan nilai budaya dari kelompok makro budaya. Kelompok ini sering dikenal dengan sub kultur, mikro kultur, atau kelompok referens yang bermuara pada makro budaya.

Sub kultur adalah istilah untuk mengidentifikasi kelompok dengan perilaku yang lebih spesifik dari kebanyakan kelompok. Sub kultur ini di anut oleh orang-orang yang mempunyai persepsi timbal balik sama. Penganutnya sering dikategorikan sebagai mikro kultur  yang budayanya sangat berpengaruh pada perilaku komunikasi antarbudaya. Jadi kategori dari orang-orang yang menganut sub kultur adalah mikro kultur. Berarti antara sub kultur dan mikro kultur adalah tidak dapat terpisahkan.

Komunikasi antra-etnik merupakan nilai-nilai budaya yang sama yang dimilki individu-individu (anggota) dalam suatu kelompok sehingga tertutup bagi individu luar untuk memasuki bahkan mengenali kelompok etnik tersebut. oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok yang terjadi diantara kelompok-kelompok agama dapat dikategorikan sebagai komunikasi antar-etnik.

Ras merupakan aspek genetikal yang dapat dilihat sebagai ciri khas dari sekelompk orang, pada umumnya aspek itu dikaitkan dengan ciri fisik tubuh, warna kulit, warna rambut, dll. Orang Cina merupakan ras kuning, orang Afrika termasuk ras hitam, orang melanisia, polinisia, malaysia, serta mikronesia termasuk golongan ras cokelat. Komunikasi antar-ras diwujudkan dalam komunikasi antara individu atau kelompok yang berbeda ras. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi antar-ras dapat dilakukan dalam konteks antar pribadi, kelompok, organisasi, maupun komunikasi massa.

Adalah komunikasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga, baik itu adalah lingkungan keluarga inti atau keluarga luas. Perilaku komunikasi antara atau melibatkan orang tua dengan anak-anak bersaudara maupun sepupu dalam satu ruang lingkup dalam sebuah kebudayaan yang sama dapat dikategorikan sebagai komunikasi intra-keluarga. Melalui hubungan kekerabatan dalam intrakeluarga terjadilah pembentukan kebiasaan berkomunikasi, hal ini disebabkan oleh keluarga yang mengambil peran sebagai agen sosialisasi nilai dan norma umum. Komunikasi ini dapat menampilkan identitas sosial suatu sub kultur.

Komunikasi kelas sosial terjadi di antara pribadi-pribadi dari anggota –anggota dengan suatu kebudayaan yang sama namun dipisahkan berdasarkan kelas sosial, ini tergolong sama dengan stratifikasi sosial yang dimana terdapat perbedaan strata (kasta) dalam sebuah kelompok.

Sebagai manusia kita berhak memilih tempat tinggal yang sesuai dengan tujuan kehidupan kita masing-masing, walaupun itu berarti tujuan hidup kita tidak ada di tanah kelahiran kita sendiri. Mobilitas manusia antar-wilayah geografis tidak saja membawa mobilitas sosial namun juga mobilitas budaya. Oleh karena itu dalam suatu lingkungan permukiman atau desa dan kota ditemukan ada beragam suku bangsa dan ras : di jakarta di mana ada orang batak, ambon, sunda, dsbg. Atau atau di satu lingkungan permukiman di satu desa atau kota hanya didiami oleh sekelompok orang dari suku bangsa dan ras yang sama : orang cina di pecinan/kota cina.

Seringkali keadaan geografis membedakan cara-cara orang berbahasa yang paling tidak terdapat pada aksen dan dialek. Aksen dan dialek diketahui dapat membedakan asal kabupaten atau wilayah berbahasa tertentu.

Kehidupan perkotaan dan pedesaan sangat berpengaruh terhadap gaya hidup penduduknya. Orang kota sering di persepsikan sebagai komunitas yang rasional, berorientasi pada kerja daripada relasi, terbuka dalam banyak hal (self disclosure) terutama atas pesan-pesan tentang seperti sex, politik, kekuasaan, hubungan hirarkis impersonal, bahkan individualistik. Sebaliknya, orang desa dianggap cenderung tertutup, emosional, kolektif, magis, tidak realistis, dan lebih berorientasi pada relasi daripada kerja. Dalam hubungan komunikasi rural-urban ini orang desa maupun kota tak dapat mengelak dari komunikasi antarpribadi, antarkelompok di antara mereka. Karena meluasnya sarana transportasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun