Dari angka tersebut, kekerasan dalam ranah rumah tangga menyumbang angka tertinggi. Bentuknya beragam, bisa kekerasan fisik, seksual, mental, juga finansial.
Meski yang disebut terakhir seringkali tidak terdata secara eksplisit, namun banyak laporan yang menyebut perempuan kerap tidak punya akses ke pendapatan keluarga atau dilarang bekerja.
Berbeda dengan kekerasan fisik yang bisa tampak "heboh", kekerasan finansial bisa hadir dalam wujud paling sederhana bahkan dianggap biasa saja.Â
Misalnya suami yang memberi nafkah pas-pasan, tapi menuntut meja makan harus selalu penuh. Atau melarang istri mengakses rekening bersama. Versi lebih parah, ada suami yang marah dan melarang istrinya bekerja, namun dia sendiri tidak menafkahi dengan layak.
Ini hal sepele yang sering terjadi di sekitar kita, namun berdampak sangat besar bagi perempuan. Perlahan namun pasti, istri jadi merasa kehilangan otonomi, kepercayaan diri, juga kesempatan untuk menentukan arah hidup sendiri.
Saat "uang di tangan istri" dianggap simbol tanggung jawab namun tanpa kekuasaan, maka di situlah cinta dan romantisme berubah menjadi kontrol. Dan itulah wujud sebenarnya kekerasan terselubung yang sangat kerap terjadi, namun jarang disadari, bahkan oleh mereka yang mengalaminya sendiri.
Menilik Ulang Makna Cinta dan Uang
Setiap rumah tangga pasti punya "lagu"nya sendiri untuk bertahan di tengah ekonomi yang tidak ramah ini. Ada yang tetap tertawa dalam keterbatasan, ada yang bungkam demi meredam badai persoalan.
Masalahnya, diam tak selalu berarti setuju dan hemat tidak sama artinya dengan bahagia. Dalam banyak kisah yang jarang disampaikan, kemampuan berhemat yang ekstrem seringkali lahir dari rasa takut dianggap gagal. Gagal jadi istri dan ibu yang baik, juga gagal memenuhi ekspektasi dan standar orang banyak.
Tren Rp 10 ribu di tangan Istri yang Tepat bisa jadi pengingat, tentang kreativitas yang berbaur dengan ketangguhan perempuan. Namun ia juga jadi cermin yang memantulkan fakta, bagaimana masyarakat kita masih begitu pekat menormalisasi ketidakadilan peran gender.
Hemat, harus pintar mengatur dan senantiasa bersyukur adalah bagian istri, sementara keputusan finansial besar hampir selalu hanya di tangan suami.