Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ajang Pamer Jari Bertinta ala Kompal

27 Juni 2018   22:11 Diperbarui: 27 Juni 2018   22:28 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi Rabu (27/6) siang, memanfaatkan jatah libur nasional, sejumlah member Kompasianer Palembang (Kompal) berkumpul di Gramedia World (GW) Palembang. 

Seperti biasa, tidak perlu agenda khusus kalau sekadar mau kopdar. Kadang cuma memenuhi undangan traktiran Dokter Posma Siahaan, kadang sekadar ingin nonton film atau piknik bersama. 

Bahkan "pengen  ngirup cuko" pun sudah cukup alasan untuk kompal bertemu satu sama lain. Tapi, kalau memang mau memaksa, judul agenda hari ini adalah : Ajang Pamer Jari Bertinta Pasca-pemilihan Kepala Daerah.

Berkumpul tepat setelah memberikan hak suara di TPS masing-masing, kami berburu buku murah dan ngemil bersama di salah satu gerai makanan. 

Hanya enam orang (7 dengan Davie) dari member Kompal yang hadir, namun obrolan cukup seru, terutama saat membahas hasil quick count daerah sendiri maupun daerah lain.

Wefie itu wajib hukumnya | dok. kompal
Wefie itu wajib hukumnya | dok. kompal
Miniatur Sumatera Selatan Itu Ada di Kompal

Kalau ingin melihat betapa beragamnya masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya (dan kota Palembang khususnya), maka berkenalanlah dengan Kompasianer Palembang (Kompal). Bukan bermaksud narsis atau menyombongkan komunitas sendiri, namun sungguh memang begitulah adanya.

Bukan cuma jagoan Cagub dan Cawagub kami di Pilkada hari ini yang berbeda, namun latar belakang profesi pendidikan, suku, agama, bahkan usia member Kompal juga sangat beragam. Meski sudah tahu fakta ini sejak awal berdirinya komunitas regional ini, namun saya baru benar-benar meresapi keberagaman itu hari ini.

Jadi ceritanya, saat bersama-sama makan di salah satu gerai, saya dan Ko Deddy Huang asyik ngemil baki (bakso babi) yang dipesan lewat jasa go-food. Kompalers lainnya yang sudah jelas tidak bisa menyentuh baki karena haram (meski Kak Yayan di awal sepertinya kepingin sekali ,hehehe :p) justru terlihat santai dan tetap melanjutkan makan pesanan mereka seperti biasa. 

Sama biasanya seperti kalau Bikcik pesan pempek lenggang, dan yang lain pilih kapal selam. Sama biasanya pula seperti saya yang suka jus pokat, tapi Kak Yayan kebetulan anti meminumnya.

Baki a.k.a bakso babi dalam lingkaran merah (Dokumentasi Pribadi)
Baki a.k.a bakso babi dalam lingkaran merah (Dokumentasi Pribadi)
Ya entah sih kalau diam-diam Bik Cik Kartika, Kak Yayan, dan Kak Agus diam-diam merasa mual dalam hati saat melihat wujud bakso babi. Tapi maksud saya, mereka benar-benar tidak menunjukkan rasa keberatan atau raut wajah terganggu sedikit pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun