Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tanjung Api Api, Pelarian Asyik Buat yang Bosan di Palembang

3 Januari 2018   10:53 Diperbarui: 3 Januari 2018   17:05 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Tanjung Api Api, Banyu Asin, Sumatera Selatan

"Bukan. Ini Muara Sungai. Lautnya di sebelah sana," jawab teman saya yang sedang asyik foto-foto. Tangannya menunjuk sisi kanan jalanan aspal mirip jembatan yang ujungnya adalah tempat kapal berlabuh. "Masih jauh...."

Saya manggut-manggut, dan kembali larut menikmati maha karya pahatan tangan Tuhan yang luar biasa ini. Ah, bersyukurnya diberi kesempatan merasakan semua ini... perasaan itu lhoo, seperti ada banyak balon warna-warni yang mengembang di dalam dada.

Sayangnya, balon-balon itu dipaksa langsung mengempis oleh ajakan pulang teman saya. Hadeeeh, merusak kesenangan saja manusia satu ini. Ya ampun, baru juga di sini beberapa menit. Saya belum sempat tanya-tanya dengan pengelola pelabuhan, saya belum punya cukup data untuk dijadikan reportase. Saya bahkan belum tahu berapa lama perjalanan ke Bangka, atau berapa tarifnya. Di atas semua itu, saya belum puas foto-foto untuk stok di blog dan instagram.

Tapi mau bagaimana lagi? Saya kan memang tidak punya pilihan lain.  Memangnya saya bisa pulang sendiri kalau sampai ditinggal dia?

Ah. Menyebalkan!

"Sudah. Ntar kan bisa ke sini lagi. Deket ini kok... next time kita bakal seharian. Dari pagi, jadi ga buru-buru begini," janjinya.

Dan begitulah, perjalanan menyenangkan ini harus berakhir antiklimaks (karena buru-buru pulang). Tapi toh tidak mengurangi fakta bahwa kesuntukan saya sudah berkurang drastis. Otak dan hati saya sudah fresh lagi.

Seperti biasa, perjalanan pulang terasa jauh lebih singkat. Mendung yang mengintai sejak masih di pelabuhan menjelma jadi rintik hujan yang temani kami di sepertiga jalan pulang.

Gigil dan basah dipastikan bertransformasi jadi demam, flu, dan sakit kepala pada malam harinya. Mereka berkolaborasi sempurna dengan sakit pinggang, nyeri di tengkuk dan pegal-pegal yang mendera sekujur tubuh.

Tapi seperti yang Edward Elric bilang, melakukan perjalanan tapi takut dengan rasa sakit mah mending tidur di rumah saja. 

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun