Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tanjung Api Api, Pelarian Asyik Buat yang Bosan di Palembang

3 Januari 2018   10:53 Diperbarui: 3 Januari 2018   17:05 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Tanjung Api Api, Banyu Asin, Sumatera Selatan

Dan. Begitulah. Tanpa rencana dan persiapan sama sekali, kami nekat saja motoran menyusuri jalanan sejauh lebih kurang 80 km menuju TAA. (well, dibilang tanpa rencana banget sih sepertinya kurang pas, ya. Sudah lumayan sering dibicarakan sejak berbulan-bulan yang lalu kok. Tapi untuk pergi hari itu memang betul-betul tidak direncanakan. Saya bahkan belum sempat sarapan).

Akses Jalan Lumayan Baik

Lihat yang ijo begini sayang kalau tidak singgah sejenak
Lihat yang ijo begini sayang kalau tidak singgah sejenak
Akses jalan yang cukup baik dan arus lalu lintas yang cenderung sepi membuat perjalanan kami lancar jaya. Jarak sejauh itu berhasil ditempuh dalam waktu kurang dari 1,5 jam. Memang sih, ada sejumlah titik jalan yang bergelombang dan perlu perbaikan hingga membuat motor terpaksa mengurangi kecepatan. Namun sama sekali bukan masalah besar. 

Toh kedua mata ini cukup dimanjakan oleh pemandangan hamparan sawah luas menghijau di kanan-kiri jalan. Ada juga perkampungan dan kebun kelapa dan kelapa sawit. Duhh, pokoknya adem dan segar sekali rasanya.

Pelabuhan Berselimut Mendung

Meski sangat bersemangat saat berangkat, namun hati saya sebetulnya tak terlalu berharap banyak terkait TAA. Saya tahu pelabuhan ini tak akan seperti Merak atau Tanjung Priok, karena hanya melayani kapal-kapal dengan rute penyeberangan ke Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Bagi saya, bisa kabur sejenak dari kepadatan Palembang sudah lebih dari cukup.

Mendung manja menghalangi kami dari teriknya matahari pukul setengah 12. Antrean panjang kendaraan sepanjang hampir 3 km terlihat di gerbang masuk pelabuhan. Ah, ini tanggal 30 Desember,  saya mengingatkan diri sendiri. Pasti pelabuhan sedang padat-padatnya oleh arus liburan akhir tahun.

Antrean kendaraan yang hendak menyeberang ke Bangka
Antrean kendaraan yang hendak menyeberang ke Bangka
Namun rupanya tumpukan kendaraan hanya ada di seputar gerbang saja. Di area dalam pelabuhan justru sangat sepi. Mungkin karena tidak ada satu kapal pun yang merapat.

Alih-alih tertarik dengan aktivitas khas pelabuhan, saya justru dibuat tercengang oleh pemandangan di depan mata. Jauh dari bayangan saya tentang pelabuhan, di mana akan tampak jelas garis batas antara laut dan daratan... TAA lebih mirip danau yang sangaaaaatt luas dengan hiasan pohon-pohon bakau nan elok.

Bayi-bayi bakau yang menambah elok Tanjung Api Api
Bayi-bayi bakau yang menambah elok Tanjung Api Api
Deru angin, paduan suara burung-burung yang entah apa namanya, hingga debur dan kecipak air yang membentur daratan benar-benar menyatu sempurna dalam harmoni orkestra alam. Memanjakan telinga yang sudah bertahun-tahun muak oleh klakson kendaraan.

Ah..., begitu damai. Begitu tenang. Saking tenangnya, mungkin kalau saya bawa laptop, bisa langsung menyelesaikan sebuah novel dalam sehari (ok. Yang ini lebay ).

"Ini danau, ya? Lautnya sebelah mana?" tanya saya karena memang tak punya bayangan sama sekali terkait letak laut. Di mata saya, perairan ini jelas bukan lautan, hanya tampak seperti Sungai Musi yang seratus kali lebih lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun